Tampilkan postingan dengan label karyawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label karyawan. Tampilkan semua postingan

20 November 2010

Apakah Anda Bossy?

Jangan-jangan, Anda adalah rekan kerja bossy. Inilah ciri-cirinya:

Anda merasa lebih “plus” daripada orang lain, sehingga wajar jika Anda meremehkan mereka, bahkan menghina mereka di hadapan kolega lainnya.
Saat rekan Anda mengutarakan ide di waktu meeting, Anda pernah berkata walaupun dalam hati, “Bodoh sekali orang ini!”
Saat pekerjaan Anda sedang overload, it’s very okay untuk menyuruh orang lain menyelesaikan salah satunya tanpa mengucapkan “tolong”.
Anda pernah memarahi rekan kerja (yang bahkan bukan bawahan Anda), dan itu pun Anda lakukan di hadapan semua orang.

Ingin Bekerja Di Google? Ini Syaratnya

Ingin bekerja di sini? Menurut Sarah Robb, HR Manager GoogleSingapura, berikut kriteria yang dicari Google:
1. “You have to be ‘Googley’!”
Pengertian yang diberikan Sarah akan kata “Googley”adalah,“You’re not evil. You’re humble. You dont need to show people that you’re smart. And you love to share information.” FYI, Insinyur Google, Paul Buchheit, pertama mengeluarkan slogan Google yang sangat terkenal: Don’t be evil!

2. “You understand Google Culture.”
Ini adalah vision statement dari Larry Page dan Sergey Brin: “Google bukan perusahaan seperti yang lainnya, dan kami tidak pernah berniat untuk menjadi seperti yang lainnya.” Menurut Larry dan Sergey, perusahaan ini adalah organisasi datar (flat organization) yang berisikan orang-orang dengan dua karakteristik yang sama: “Passionate about their work, and love to work with people around them.

3. “You just roll up your sleeves to get the job done.”
Simpelnya, Anda akan segera turun tangan begitu ada masalah. Anda tidak mengharapkan orang lain untuk mengerjakannya untuk Anda, apa lagi bersikap seolah-olah Anda “terlalu pintar” untuk melakukan tugas-tugas simpel. “Pernah ada AC yang rusak di kantor Larry,” cerita Sarah, “Apakah ia ribut mencari teknisi untuk membetulkan? Nope. Larry selalu mengerjakan apa pun sendiri kalau memang ia masih bisa mengerjakannya.” Inilah mentalitas yang ditanamkan Google: you just roll up your sleeves to get the job done. Tak perlu banyak drama.

Oh, by the way, tentang rumor kalau IQ Anda harus lebih tinggi dari pekerja sebelumnya? “Tidak benar,” kata Sarah, “Anda cukup punya latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan teknologi, dan yang terpenting, Anda harus benar-benar jatuh cinta pada perkembangan teknologi.” 

Etika Mendengar Musik di Tempat Kerja

Pasti mood akan jadi lebih baik kalau Anda bisa mendengarkan musik favorit sambil bekerja. Namun pernahkah Anda memikirkan orang lain ketika menyetel iPod dengan volume maksimal? Ya, sebaiknya ingat kembali etika meja kerja sebelum Anda membuat ingar-bingar. Musik memang sesuatu yang universal, tapi tidak semua orang punya selera yang sama, kan? 


Kompromikan playlist dengan rekan-rekan di sekitar meja, atau jika Anda punya ruangan sendiri, pasang volume di batas medium, sehingga suaranya tidak terdengar ke luar. Ingatlah, kalau Anda sedang bekerja, dear. Membawa headphone sendiri adalah salah satu pilihan yang aman, tapi sekali lagi, jangan sampai Anda tidak bisa mendengar ketika atasan atau rekan kerja memanggil. Anda pasti tidak mau dong, menerima surat peringatan dari HRD cuma karena mendengarkan musik kesukaan?

Cara Resign Yang Elegan

Mendapat pekerjaan baru, atau apa pun alasan Anda untuk resign, tak boleh bikin Anda lupa etika di hari terakhir kerja.
Bereskan tugas. Pastikan seluruh tanggung jawab sudah dibereskan. Rapikan semua fileuntuk diberikan ke sekretaris perusahaan, atau langsung diserahkan pada pengganti Anda. Jangan sampai ada pekerjaan yang belum selesai dan Anda menjadi bahan omongan di kemudian hari.
Meja yang rapi. Masih ingat kondisi meja di hari pertama kerja? Ya, buang kertas yang tidak terpakai, hapus semua data pribadi Anda dari komputer, dan jangan lupa rapikan isi laci. Meja meninggalkan impresi tentang Anda, lho. Tak mau kan, diingat sebagai wanita jorok?
Farewell email. Ucapkan terima kasih sembari berpamitan ke semua rekan kerja. Jika atmosfer kantor Anda memang “friendly”, Anda boleh kok menyelipkan cerita pengalaman baik yang sudah didapatkan selama bekerja. Jangan lupa sertakan kontak terbaru Anda (nomor hp dan email) untuk menjaga hubungan baik.

1 Oktober 2010

12 Hal Yang Bikin Bos Anda Gila

Ingin tahu apa saja yang bisa bikin bos merasa menyesal karena setuju ketika Anda dengan bangga bilang, “Saya akan menjadi aset di perusahaan ini!”? Well, coba lihat apakah salah satunya pernah Anda lakukan.

Kantor Anda = Sarang Cinta
Tak ada yang bisa bikin level stres si bos naik lebih cepat ketimbang kabar kalau bawahannya terlibat hubungan romantis. Bukan karena ia tak percaya dengan cinta sejati, soulmate, atau apapun itu, namun ketika semua romansa itu berakhir dan yang tersisa adalah tatapan penuh kemarahan, saling memaki, sampai situasi penuh drama ketika Anda cemburu karena si dia terlihat sedang makan siang berdua dengan sekertaris yang tak bisa mengoperasikan mesin faks itu, itulah yang bikin bos trauma.

Berpesta Gila-Gilaan Saat Pergi Keluar Kota
Di otak Anda: Saya sudah bekerja super keras di kantor. Sekarang ketika ada kesempatan dinas di Bali, tak ada salahnya dong mencuri waktu untuk berpesta. Di otak bos: Apa Anda sudah gila? Begini, selagi dalam urusan bisnis, maka kantor itu “mengikuti” ke manapun Anda pergi. “Orang-orang seharusnya ingat kalau saat itu mereka berperan sebagai duta besarnya kantor sehingga harus menjaga sikap,” ujar Charlotte Shelton, International Business Consultant. Lagi pula, bayangkan situasinya kalau ternyata klien Anda berada di bar yang sama, menonton Anda sedang berdansa di atas meja sambil teriak, “Astaga, sudah lama saya tak semabuk ini!”

Reputasi Si Drama Queen

“OH. MY GAWD! Yang benar? Tamatlah riwayat kita!” teriak Anda dengan tangan menekan dada seolah akan pingsan dalam hitungan detik. Mungkin kalimat berikutnya yang keluar dari mulut Anda adalah, “Kalau memang tak ada pilihan lain, kita harus cari solusinya. Pasti bisa!” Masalahnya, kalau imaji yang terus-terusan berputar di benak si bos adalah bayangan mata Anda yang nyaris copot tadi, mungkin yang ada di pikirannya adalah, “Ternyata yang dikatakan orang-orang benar. Ia memang drama queen.”

Curhat di Blog

“Si bodoh itu kembali membuat keputusan yang, well, bodoh! Argh, kenapa orang seperti itu bisa jadi bos sih?” Begitu tulis Rachel di blog pribadinya. Meskipun ia mencantumkan “Si Biru Lucu” sebagai nama samarannya, tapi semua rekan di kantor tahu kalau itu adalah blog milik Rachel. Esok harinya, ia mendapati mejanya sudah bersih dengan note bertuliskan, “Akhirnya saya membuat satu keputusan pintar: You're fired!”

Kemampuan Menulis Yang Buruk
Ternyata kesalahan “kecil” seperti salah ketik atau terkadang penggunaan huruf kapital yang tak benar kerap bikin bos Anda pusing. Bayangkan saja bagaimana bos Anda akan sepenuhnya menaruh perhatian kalau tiap membaca email Anda selalu saja dalam bahasa yang sempurna. Bisa dipastikan email dari Anda itu adalah prioritas baginya untuk dibaca karena alasan yang simpel: Enak dibaca.

Jadi Ms. Ring Ring di Kantor
Satu hal yang ada di benak atasan kalau Anda kerap menggunakan telepon genggam di jam kantor, Anda tengah
mengurusi masalah pribadi. Atau dengan kata lain, Anda tidak sedang mengurusi masalah kerjaan.

Si Bahan Olokan
Masih ingat betapa kesalnya Anda ketika masih duduk di bangku sekolah dan terus-terusan jadi bahan olokan? Lalu apakah itu terulang kembali meski kini Anda sudah menjabat sebagai public relation officer di sebuah perusahaan besar? Hati-hati, sebenarnya atasan memerhatikan bagaimana Anda bereaksi ketika tengah “ditindas” oleh kolega yang lain. Apakah dengan tegas mengatakan tak suka perbuatan mereka, atau justru menangis tersedu-sedu. Dan sekali Anda jadi “target”, maka biasanya itu akan terulang kembali. “Bos biasanya berpikir kalau mereka melindungi Anda sekali, maka besar kemungkinan mereka harus melindungi Anda lagi nantinya,” ujar Anita. Ingat, dia adalah bos, bukan ibu Anda.

Salah Kuadrat
Salah itu biasa. Tapi profesionalitas Anda sebenarnya justru dilihat dari bagaimana Anda menangani masalah itu. Kalau reaksi Anda adalah mengeluh, menangis, atau mungkin mengutuk klien atau si sekertaris baru karena tak kunjung bisa mengirimkan faks tepat waktu, maka sudah pasti Anda akan dinilai tak punya jiwa kepemimpinan.

Percaya Diri... Sekali!
“Heran, kenapa supervisor saya justru memberikan tugas itu ke Chandra, ya? Padahal pekerjaannya sangat payah! Harusnya saya yang mendapatkan tugas itu. Coba saja lihat, pekerjaan saya selalu sempurna selama ini. Kalau tidak ada saya, tak mungkin perusahaan ini jadi seperti sekarang!” kata Reva berapi-api. Mungkin alasan atasan tak mau memberikan tugas itu pada Anda lantaran tak tahan dengan cerita betapa suksesnya Anda membuat gebrakan brilian buat perusahaan selama berminggu-minggu ke depan.

"Tak Perlu Ditulis. Ingat Kok!"
Saat rapat, atasan menceritakan panjang lebar tentang target yang harus dicapai bulan ini. Karena yakin dengan ingatan yang super tajam, maka Anda memutuskan untuk tidak mencatatnya. Lalu setelah rapat berakhir, atasan menyuruh Anda untuk memberi kesimpulan. Akhirnya, kesimpulan yang keluar dari mulut Anda adalah, “Saya...eerr...*berhenti sebentar*... kalau tidak salah....”

"Pokoknya Minta Naik Gaji!"
Kira-kira, kenapa Anda layak meminta kenaikan gaji? Apakah karena:
- Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
- Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
- Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
- Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.

Wawasan Sempit
Suatu siang Anda diajak bos untuk lunch meeting dengan klien. Ketika suasana sedang santai, semua orang mulai berbicara tentang kisruhnya kasus Bank Century dan saling melemparkan pendapat. Semua, kecuali Anda.

Pantaskah Pekerjaan Jadi Beban?

Hanya ingin mengingatkan, kalau semua gerutu Anda saat bekerja bisa dibilang berlebihan. Ya, berlebihan!
  • “Saya Mulai Bosan!” Ketahuilah kalau rasa bosan ini bisa jadi hanya muncul sesaat saja. Untuk itu, selingi kebosanan saat bekerja dengan melakukan berbagai kegiatan di luar pekerjaan. Semisal, menawarkan diri menjadivolunteer untuk acara outing kantor. Pikiran pun bisa kembali segar saat mulai bekerja.
  • “Bekerja Bikin Saya Stres!” Mungkin Anda termasuk tipe yang perfeksionis. Memang baik jika Anda memiliki standar yang tinggi dalam bekerja, namun tetap jangan abaikan risiko. Besar atau kecil, fatal atau tidak, Anda harus memiliki back-up plan untuk menghadapinya.
  • “Bekerja Buang-Buang Waktu Saja!” Pikirkan matang-matang, inikah pekerjaan yang Anda inginkan? Sebab, bila Anda bergairah menjalani pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, pasti Anda bisa mengimbalinya dengan setimpal pula, baik soal waktu dan tenaga.

Praktis Dalam Genggaman

Anda belum punya fasilitas mobile banking? Segera cari tahu mengapa Anda harus memilikinya sekarang juga!

Mudah mengecek saldo.
Ya, untuk sekadar mengecek apakah gaji sudah masuk ke dalam rekening, Anda tak perlu lagi jauh-jauh ke ATM dan menghabiskan waktu mengantre di sana. Tinggal buka ponsel, dan informasi pun dapat Anda akses dengan cepat. Ini zaman modern, darling!Saatnya Anda menghabiskan waktu untuk hal-hal yang lebih penting.

Transfer uang tanpa repot.
Mengantre panjang di bank hanya untuk transfer uang? Buang-buang waktu saja! Akan lebih praktis jika Anda melakukannya melalui ponsel. SMS notifikasi dari pihak bank bahwa uang Anda telah terkirim pun kini dapat menjadi bukti otentik pembayaran layaknya kertas slip yang biasa dikeluarkan oleh bank atau mesin ATM.

Isi ulang pulsa dengan mudah.

Pulsa habis di tengah malam? Kini, Anda tak perlu berkeliling kota untuk mencari toko pulsa elektrik yang masih buka. Asal saldo tabungan mencukupi, ponsel Anda pun dapat langsung diisi pulsa. Semua itu bisa Anda lakukan jika memiliki fasilitas serba ajaib ini. Miliki mobile banking sekarang, ya!

Tak Ada Istilah Kantong Kering

Uang habis sebelum tanggal gajian menunjukkan bahwa Anda memiliki manajemen keuangan yang buruk.

Ini adalah masalah klasik yang dihadapi oleh hampir tiap orang di dunia. Penyebabnya? Tentu karena ketidakmampuan dalam mengelola keuangan. Enyahkan segera!


Patuhi Rencana Keuangan
Setelah menerima gaji, Anda langsung membuat daftar pengeluaran. Tapi apakah Anda menaatinya? Tidak. Mulai sekarang, tentukan sanksi jika Anda melanggar daftar tersebut. Misalnya, Anda harus berhenti makan malam di resto selama dua minggu. Anda akan jadi lebih disiplin!
Dirikan “ATM” Pribadi
Mesin ATM Anda tak memiliki mulut yang bisa mengoceh jika Anda terlalu sering mengambil uang? Ada solusinya! Titipkan uang Anda kepada pasangan atau teman yang dapat dipercaya. Lalu, minta mereka untuk memarahi Anda jika Anda sudah kelewat sering “menarik” uang.
Ikut Arisan Jika menabung sudah jadi kegagalan besar bagi Anda, beralihlah ke arisan! Arisan merupakan salah satu bentuk “tabungan” yang sangatfun. Jika sudah begini, takkan ada “kantong kering” dalam kamus Anda.

Menjadi Primadona di Tempat Kerja

Untuk bisa jadi pusat perhatian tentunya tak luput dari rasa percaya diri yang tinggi. 

Pertama, Anda tak perlu jadi orang lain apalagi sampai berbohong agar bisa mencuri perhatian. Setiap orang pasti memiliki sisi unik masing-masing. Nah, sudah saatnya untuk mengeluarkan semua sisi unik Anda itu. Namun tetap dalam batas kewajaran dan tak berlebihan, ya! Kedua, speak up your mind! Awali dengan pemikiran positif dan penuh keyakinan, lalu kemukakan semua pendapat Anda. Cetuskan ide-ide gemilang dan jangan biasakan diri hanya diam dan menunggu. Terakhir, penampilan menarik. Menggunakan padu padan busana yang sarat gaya pasti mampu buat semua mata tertuju pada Anda. Oh ya, tatanan rambut juga tetap perlu diperhatikan, lho! Anda tak mungkin datang ke kantor dengan rambut lepek dan penuh minyak, kan?

4 September 2010

6 Alasan Mengundurkan Diri dari Pekerjaan

Mendapatkan pekerjaan tak semudah seperti membalikkan telap tangan. Namun ketika pekerjaan telah didapatkan, ada saja keluhan yang terucap dari mulut. Kerja pun tanpa hati dan semangat.
Memutuskan berhenti kerja dari sebuah perusahaan memang tidak boleh emosional. Ada sejumlah alasan yang biasa melatari mereka yang bersemangat untuk berhenti atau resign.


1. Ingin upah lebih tinggi

Ini adalah alasan paling menonjol dalam sejumlah kasus pindah kerja. Jika Anda yakin bisa menghasilkan lebih banyak uang dan tunjangan asuransi di tempat lain, lebih baik keluar dari pekerjaan itu. Pastikan Anda memiliki prioritas tempat kerja lainnya, sebelum benar-benar memutuskan untuk resign.


2. Tidak menikmati

Kadang, orang tidak menikmati pekerjaan mereka. Jika rasa tak nyaman semakin kuat, berpikir pindah kerja tampaknya lebih baik daripada performa memburuk gara-gara memaksakan diri. Kondisi terpaksa itu juga berpotensi membuat stres dan membahayakan kesehatan. Lebih baik, putuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih cocok.

3. Pantas mendapat jabatan lebih baik

Tentu saja, alasan untuk berhenti mungkin karena Anda berpikir layak mendapat posisi atau jabatan lebih baik. Jika ini alasannya, Anda harus memastikan Anda memiliki pekerjaan pengganti yang lebih baik sebelum Anda berhenti.

4. Ada tawaran kerja lebih baik

Jika Anda memiliki tawaran pekerjaan yang lebih baik, maka itu pasti akan menjadi langkah besar. Penawaran pekerjaan harus memiliki efek jangka panjang. Jika harapan jangka panjang tak akan terjamin, lebih baik pertimbangkan untuk bertahan di kantor lama.


5. Jam kerja tak sesuai

Karyawan selalu dituntut untuk menaati aturan perusahaan dan bos. Termasuk tuntutan lembur dan menyelesaikan beban pekerjaan di luar jam kerja. Banyak orang merasa tak tahan dengan jam kerja yang berlebih, karena menyita waktu berkumpul dengan keluarga dan istirahat. Maka tak jarang, kebanyakan orang memilih berhenti kerja karena alasan jam kerja tak sesuai.

6. Butuh waktu merawat anak

Banyak wanita lebih suka memilih pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, karena sekaligus bisa mengawasi anak. Tak jarang wanita karier memutuskan berhenti bekerja di kantor usai menikah dan memiliki anak.

1 September 2010

Cara Menyampaikan Kritik dan Tetap Disayang

Rina Putri (28 tahun), seorang sekretaris di perusahaan swasta mengaku kesal pada pimpinannya. ”Dia mengkritik pekerjaan saya, seolah-olah saya ini anak TK, yang enggak tahu apa-apa! Padahal, selama ini kan saya juga yang mengerjakan itu semua,” katanya sambil bersungut-sungut. Rina tentu bukanlah satu-satunya orang yang merasa terganggu ketika dikritik. Mungkin, Anda pun pernah mengalaminya.
Tentu, kondisi seperti ini tidak diharapkan, karena tujuan memberi kritik sebenarnya adalah untuk kebaikan. Seperti yang disampaikan oleh Dra Sulis Mariyanti, Psi, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta, ”Kritik itu intinya menilai, memberikan feedback, dengan harapan agar segala sesuatu menjadi lebih baik.”
Kalau tujuan kritik sebenarnya adalah untuk memperbaiki, mengapa seringkali justru berefek sebaliknya - membuat orang merasa tidak berharga, direndahkan, dan akhirnya menimbulkan perasaan dendam? 

Kritik bisa menjadi racun
Kritik yang berakibat negatif, oleh Tereza Dietze dalam tulisannya yang berjudul ”Using Criticism as a Positive”, disebut sebagai kritik yang merusak (destructive criticsm). Kritik jenis ini biasanya ditandai oleh rusaknya hubungan baik antara pemberi dan penerima kritik. Bahkan bisa memperburuk segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang kita kritik. ”Energi yang ada di balik kritik yang merusak sama seperti racun,” kata Dietze, seorang fasilitator terapi kesehatan holistik di Seattle (www. beingtotal.com).
Kritik semacam ini biasanya hanya menyoroti kesalahan seseorang sehingga yang mucul adalah reaksi defensif. Akibatnya, kritik tidak memberikan perubahan yang positif, tapi justru menimbulkan rasa dendam terhadap pemberi kritik, seperti yang dialami Putri. 
Karena itu, Mariyanti mengingatkan bahwa ketika kita mengkritik seseorang, yang pertama kali harus diungkapkan adalah sisi positif orang tersebut. ”Jangan hanya membesar-besarkan kesalahan. Semua orang kan punya sisi positif,” Mariyanti mengingatkan.

Ditambahkan, jika orang yang ingin kita kritik merasa bahwa hal-hal baik yang telah dikerjakan sebelumnya dihargai, maka ia akan lebih mudah menerima komentar atas sesuatu yang tidak dikerjakannya dengan baik.
Kritik juga bisa merusak jika disampaikan pada waktu yang tidak tepat. ”Kalau orang yang ingin kita kritik sedang menghadapi banyak masalah, mood-nya pasti juga sedang tidak baik. Kritik yang kita berikan pasti juga tidak akan efektif,” kata Mariyanti.
Karena itu, Mariyanti menyarankan untuk memberi jeda waktu setelah terjadi sebuah kesalahan. ”Memang, jika berhubungan dengan target waktu yang singkat, kritik harus diberikan segera. Tapi sebaiknya pastikan dulu orang yang akan kita kritik bisa bersikap netral terhadap kritik yang kita berikan dan tidak dipengaruhi oleh mood negatif dalam dirinya.”

Selain itu, Mariyanti juga dengan tegas mengatakan bahwa kritik tidak boleh diarahkan pada masalah personal – baik/buruk kepribadiannya, misalnya – dan lebih difokuskan pada masalah atau tindakan yang hendak diperbaiki

Berubah...Siapa Takut?

”Tak ada sesuatu yang abadi, selain perubahan itu sendiri,” kata Heraclitus, filsuf Yunani yang hidup antara tahun 535-475 Sebelum Masehi. Kalimat ini tentu tak diragukan kebenarannya, karena kita sendiri bisa merasakan betapa kehidupan sangat dinamis; terus berubah, tanpa bisa kita prediksi
Lihat saja, seekor ulat, yang membuat kita merasa takut atau jijik, dalam perjalanan hidupnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dengan sayapnya yang indah mengagumkan. Atau, sebutir biji kecil, beberapa tahun kemudian berubah menjadi pohon besar yang kokoh.
Meski begitu, perubahan tak selalu berarti positif. Kondisi ekonomi dunia yang sedang terpuruk saat ini misalnya, membuat banyak orang yang sebelumnya hidup berkecukupan, mengalami masalah finansial akibat pemutusan hubungan kerja atau kebangkrutan usaha.
Perubahan memang seringkali tak bisa kita duga akan menuju ke arah perbaikan atau sebaliknya. Kondisi inilah yang sering membuat kita menjadi takut untuk berubah lalu tetap diam di tempat. Padahal, tempat kita biasa berdiri itu – sering  disebut sebagai zona nyaman – belum tentu yang terbaik. Sementara, jika kita berani berubah, mungkin saja itu adalah kesempatan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik, jauh melampaui yang kita bayangkan.
Untuk bisa berubah, dibutuhkan keberanian menyingkirkan semua halangan. Halangan tersebut antara lain:
  1. Takut akan  sesuatu yang belum terjadi
    Salah satu hal yang paling ditakutkan orang saat akan berubah adalah adanya ketidakpastian. Ketakutan ini ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan dalam diri sendiri: Bagaimana kalau aku gagal? Bagaimana kalau aku salah? Atau bagaimana kalau situasinya lebih buruk dari sekarang?
  2. Lupa bahwa kita selalu punya pilihan.
    Ketika ketakutan akan ketidakpastian masa depan memenuhi benak, maka biasanya kita pun akan kesulitan melihat berbagai kemungkinan di sekitar kita. Akibatnya, kita merasa hanya ada satu pilihan, dan biasanya itu bukanlah pilihan yang menguntungkan.
  3. Merasa sendirian
    Hal lain yang juga menghambat kita untuk berubah adalah di saat menghadapi situasi yang sulit kita cenderung merasa  terisolasi, merasa seolah menjadi satu-satunya orang di dunia ini yang akan menanggung beban atas keputusan yang kita buat.

Nikmati Hidup Sekarang

Semua orang pasti ingin bahagia. Tapi, selalu saja ada masalah yang harus dihadapi mulai dari bangun tidur sampai saat kembali beristirahat.Tak hanya yang terjadi sekarang, yang belum terjadi pun seringkali sudah mengganggu rasa bahagia kita.
Dengarkan saja kepanikan Tami tentang tingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, karena anaknya kini baru berusia dua tahun.
Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua hal yang berhubungan dengan masa depan dan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memiliki beragam cara untuk mengganggu ketenangan.”


Manusia dan monkey mind
Masalah-masalah yang mengganggu ketenangan itu seringkali membuat kita justru membiarkan momen indah yang terjadi saat ini berlalu tanpa sempat kita perhatikan, atau kita manfaatkan. Seringkali kita menyia-nyiakan detik-detik berharga yang kita miliki dalam hidup dengan mengkhawatirkan masa depan, dan sibuk merenungkan masa lalu.
”Saat berlibur kita seringkali justru mengingat tumpukan pekerjaan di meja kantor. Sebaliknya, saat bekerja kita mengharapkan datangnya saat-saat untuk berlibur dan bersantai,” kata Wallace memberi contoh.
Monkey mind begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
Kondisi pikiran yang seperti ini sebenarnya merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak akan menemukan ketenangan dan kenyamanan hidup. ”Kita akan selalu berada dalam keadaan tegang, cemas, khawatir, dan rasa tidak nyaman lainnya,” kata Prof Dr dr. Luh Ketut Suryani, SpKJ (K), dari Suryani Institute for Mental Health.

Masa lalu dan masa depan
Luh Ketut Suryani tak mengingkari jika manusia perlu juga melihat hari kemarin. ”Menengok hari kemarin atau melihat masa lalu artinya mempelajari apa sebenarnya yang terjadi, lalu melihat mana yang bermanfaat dan bisa diteruskan, serta mana yang justru membawa kehancuran dan tak perlu dilakukan lagi,” kata Suryani.
Psikiater dan guru meditasi ini juga mengakui bahwa selain Tuhan, pengalaman adalah guru utama dalam kehidupan. ”Semua pengalaman masa lalu, baik yang menyenangkan atau tidak, pasti ada gunanya dan bisa diambil sisi positifnya untuk mendewasakan diri dan memperkuat mental,” katanya.
Namun, Suryani mengingatkan,  hidup bukan harus terus diisi dengan rencana dan rencana. ”Hidup ini untuk dinikmati, dirasakan dan disyukuri sehingga kita mempunyai tenaga lebih besar lagi untuk menjalani kehidupan pada hari-hari berikutnya,” katanya.

Nikmatilah saat ini dan berhenti berpikir!
Masa depan dan masa lalu memang penting. Tapi, terlalu memikirkannya juga akan membuat kita jauh dari bahagia, karena tak ada waktu untuk menikmati yang sudah dicapai, yang sudah diselesaikan, dan yang sudah dimiliki sekarang. ”Seseorang tidak akan pernah menikmati hidupnya jika terlarut dalam masa lampau yang kelam, atau terlalu takut menghadapi masa yang akan datang,” kata Suryani. Memang, sebagian besar pikiran negatif berhubungan dengan masa lalu dan masa depan.
Sementara itu, menurut Suryani, jika kita bisa sejenak saja merasakan keadaan saat ini dan mensyukuri apa yang diperoleh hari ini, maka rasa bahagia bisa dirasakan.
Hal ini sudah dibuktikan oleh Stephen Schueller, seorang psikolog di University of Pennsylvania. Dalam penelitiannya, Schueller meminta subjek penelitian menikmati sesuatu yang biasanya mereka lakukan sambil terburu-buru. Misalnya, saat sarapan pagi, minum secangkir teh di sore hari, atau saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang bisa menikmati hidupnya saat ini ternyata merasa lebih bahagia, lebih menikmati hidup, dan dipenuhi berbagai perasaan positif lainnya. Mereka juga lebih sedikit menunjukkan gejala-gejala depresi.
Mengapa menikmati hidup saat ini membuat kita lebih bahagia? Menurut Schueller, ketika kita fokus pada aktivitas kita saat ini, maka secara tidak sadar kita berhenti berpikir terlalu keras.
Bayangkan saja bagaimana jadinya jika saat Anda sedang berlatih menari atau berdansa, pikiran Anda sibuk memerhatikan apa yang harus dilakukan oleh kaki, tangan, bahu, panggul, sekaligus mengingat gerakan yang harus Anda lakukan pada detik berikutnya. Pasti, gerakan Anda justru akan kelihatan kaku, atau malah kacau balau.
Jadi, berpikir tak selalu membuat segala yang Anda lakukan jadi lebih baik, bukan? Karena itulah, Schueller mengatakan, ”Jangan terlalu banyak berpikir. Singkirkan semua bentuk evaluasi terhadap diri sendiri, dan jangan biarkan diri Anda terjebak dalam kekalutan pikiran serta kekhawatiran. Biarkan saja segala sesuatu terjadi seperti apa adanya.
Salah satu bentuk latihan untuk berhenti berpikir yang ditawarkan Jay Dixit, seorang penulis bidang psikologi, bisa langsung kita coba, ”Bayangkan Anda adalah seorang pengamat. Biarkan diri Anda melihat, mendengar, atau mencium segala sesuatu yang ada di sekitar Anda saat ini. Tapi, jangan pedulikan apakah yang Anda lihat bagus atau jelek, apakah yang Anda rasakan menyenangkan atau tidak. Jangan memberi penilaian. Katakan saja, ’sekarang, sekarang, sekarang.’”

Raih Mimpi Dengan Menetapkan Tujuan

Kekuatan mimpi untuk mengubah dunia telah banyak dibuktikan. Mimpi Karl Benz untuk menciptakan sebuah alat transportasi berbahan bakar bensin di tahun 1885 misalnya, membuat manusia kini bisa bepergian dengan mudah ke manapun secara cepat, tanpa harus mengandalkan tenaga manusia atau kuda. Begitu juga dengan Wright bersaudara. Pesawat terbang pertama tercipta di tangan mereka karena keberaniannya bermimpi untuk terbang.
Bagaimana mimpi bisa memberikan kekuatan yang begitu besar pada manusia? Menurut Colin Dunbar, penulis buku ”Invest in Yourself”, ketika kita memiliki keinginan kuat atas sesuatu, segala hal yang kita lakukan menuju mimpi tidak akan kita rasakan sebagai kerja keras, tetapi justru sebuah proses yang memberikan kesenangan. ”Mimpi itu seperti api yang membakar semangat kita untuk sukses,” kata Dunbar.

Analisa mimpi dengan SMART
Mimpi bisa bermacam-macam. Dalam hal karir misalnya, mimpi bisa berupa jabatan apa yang ingin Anda raih, sementara dalam keluarga misalnya, mimpi boleh berwujud keinginan Anda menjadi sosok orangtua yang baik bagi anak-anak, atau dalam segi finansial berapa besar uang yang ingin kita peroleh setiap bulannya. Sedangkan dalam hal kesehatan Anda ingin tetap sehat sampai tua nanti, dan sebagainya. Mimpi juga bisa berhubungan dengan cara yang ingin kita pilih untuk menikmati hidup.
Tentu saja, tak semua mimpi punya kekuatan besar untuk mendorong kita menuju perubahan. Salah satu metode untuk mengetahui apakah mimpi yang kita miliki mampu mendorong kita untuk berubah adalah metode SMART, yaitu:
  • S: Specific (spesifik). Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Edwin Locke pada 1968 membuktikan bahwa tujuan yang spesifik lebih meningkatkan prestasi kerja lebih meningkat dibandingkan dengan tujuan yang dibuat secara umum. Jadi, daripada mengatakan ”Aku akan menerbitkan sebuah buku,” sebaiknya katakan, ”Aku akan menulis minimal 1 halaman setiap hari.”
  • M: Measurable (bisa diukur). Berikan jumlah, waktu, tanggal, dan patokan lainnya untuk mengukur kesuksesan Anda. Jadi, daripada mengatakan, ”Saya ingin keliling dunia,” sebaiknya katakan, ”Saya akan menyelesaikan perjalanan saya pada 31 Desember 2011.”
  • A: Attainable (bisa dicapai). Pastikan bahwa tujuan yang ingin Anda raih memang mungkin dicapai. Jika sebaliknya, Anda mungkin justru akan kehilangan semangat dan keyakinan diri. Meski demikian, jangan juga menetapkan tujuan yang terlalu mudah. Sebaba, dengan menentukan sebuah tujuan yang realistis sekaligus menantang, Anda akan memperoleh kepuasan saat mencapainya. 
  • R: Relevant (relevan). Tujuan yang Anda buat seharusnya sejalan dengan arah kehidupan juga tujuan karir yang sedang Anda tuju. Jika harapan yang Anda miliki acak dan tidak konsisten, Anda hanya akan membuang-buang waktu, sekaligus menyia-nyiakan hidup Anda.
  • T: Time Bound (memiliki batasan waktu). Tujuan Anda harus punya deadline (batas waktu). Ketika Anda bekerja dengan deadline, maka situasi ”mendesak” yang terasa akan membuat kita mampu meraih prestasi lebih cepat.

Mengkonkritkan mimpi dengan goal setting
Selain memenuhi syarat SMART di atas, menurut Colin Dunbar, mimpi seharusnya bisa kita ubah menjadi sebuah tujuan dan akhirnya menjadi kenyataan, yang membawa kita kepada perbaikan kehidupan. Proses inilah yang disebut sebagaigoal setting (menetapkan tujuan).  Berikut adalah langkah-langkah dalam proses goal setting:
  1. Introspeksi. Menurut Sawitri, sebelum menetapkan sebuah tujuan, kita perlu mengetahui kemampuan, sarana untuk meraih tujuan, daya juang, motivasi, disiplin, dan komitmen yang kita miliki, sekaligus dukungan dari lingkungan tempat kita berada.
  2. Menentukan tujuan yang memotivasi. Karena motivasi adalah kunci dalam proses meraih tujuan, pastikan bahwa tujuan yang Anda buat adalah sesuatu yang penting bagi diri Anda, dan ada nilainya ketika tercapai.Karena itu, tujuan sebaiknya berhubungan dengan prioritas yang Anda miliki dalam hidup Anda.
  3. Analisa SMART. Agar dapat diraih dan memberi efek positif, pastikan tujuan yang Anda buat memenuhi syaratspecific, measurable, attainable, relevant dan time bound. (selengkapnya lihat di atas).
  4. Tuliskan tujuan Anda. Menuliskan tujuan membuat impian jadi lebih nyata, dan Anda tidak punya alasan untuk melupakannya. Bahkan, menurut Sandy McGregor, dalam buku Piece of Mind, dengan menuliskan tujuan, kita sudah membuat komitmen terhadap diri sendiri.
  5. Buatlah action planTuliskan langkah demi langkah yang harus Anda lalui untuk mencapai tujuan. Pertama-tama, buatlah sebuah gambaran besar tentang apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup. Lalu, bagilah tujuan besar itu ke dalam target-target yang lebih kecil, yang harus Anda raih, sehingga akhirnya tercapailah tujuan besar dalam hidup Anda. Ketika Anda telah berhasil melewati setiap target itu, Anda akan menyadari bahwa Anda semakin dekat dengan tujuan akhir yang sudah Anda tetapkan.
  6. Pertahankan tujuan yang telah Anda buat. Setelah Anda memiliki tujuan itu, segeralah mulai meraihnya. Dan, ingatlah goal setting adalah proses yang terus berjalan, bukan akhir dari perjalanan.

28 Agustus 2010

Cara Hidup Sehat Walau harus Bekerja Di Kantor

Aktivitas yang padat dan tekanan di kantor, bisa menyebabkan Anda terjerumus pada pola hidup yang tak sehat. Ketika pola hidup tak sehat yang dijalani, berbagai penyakit pun siap menghadang. Tak ingin proyek besar lepas gara-gara Anda sakit-sakitan, kan? Makanya, lindungi tubuh dan jiwa dengan kebiasaan sehat ini. 
Camilan Sehat
Pekerjaan yang menumpuk, deadline, dan menghadapi bos yang sedang marah seharian memang membuat kita butuh energi ekstra. Itulah mengapa camilan menjadi kian populer di lingkungan kerja. Alhasil, banyak yang asal memilih camilan, yang penting dapat memenuhi keinginan perut. Rasa camilan ini gurih dan menggoyang lidah tapi bisa jadi tak punya gizi dan malah bikin gemuk. 
Do's: Jadikan camilan lezat rendah kalori dan tinggi serat sebagai rekan kerja baru Anda di kantor. Apel, pisang, atau anggur dijamin mampu membuat perut Anda kenyang. Jika bosan dengan buah, makanlah dua biskuit dan satu sendok selai kacang yang kaya gizi. Kombinasi karbohidrat dan protein akan membantu Anda kenyang lebih lama. Dapatkan juga dalam oatmeal instan yang mampu menurunkan kolesterol. 
Minum Delapan Gelas Air
Kekurangan air tak hanya menyebabkan kulit kering, namun juga bau mulut tak sedap, kehilangan gairah kerja, dan menurunkan tekanan darah. Jika Anda merasa lesu, bisa jadi karena Anda kurang minum. Pekerjaan kantor seringkali membuat kita lupa untuk minum. Rata-rata para pekerja kantor hanya mengonsumsi 4 gelas air selama berada di kantor. Padahal, penggunaan pendingin ruangan membuat cadangan air dalam tubuh lebih banyak menguap. 
Do's: Jadwalkan kegiatan minum Anda mulai dari sekarang. Minumlah 3 gelas air sebelum jam makan siang, dan tiga gelas terakhir menjelang Anda pulang kantor. Aturlah jeda setengah jam untuk sdetiap gelasnya. 
Bersih-bersih
Sebuah penelitian membuktikan bahwa tata letak dan kerapihan ruang kerja secara tak langsung memengaruhi psikologis Anda untuk bekerja lebih semangat dan teratur. Debu yang tersembunyi di keyboard, buku-buku, atau gagang telepon bisa menjadi sumber beragam penyakit pernapasan seperti flu, batuk, dan asma.
Do's: Sikat halus pembersih debu atau kain halus bisa digunakan untuk membersihkan monitor atau layar notebook Anda. Baiknya lakukan hal ini tiga hari sekali. Gunakan kain sedikit basah untuk membersihkan gagang dan tombol telepon. Anda juga bisa mulai mengatur tata letak buku, file-file, kalender, atau CD kesayangan sesuai dengan jenisnya. Terakhir, ucapkan selamat tinggal untuk meja berantaskan dan berdebu.
Bersihkan Tangan
Tahukah Anda bahwa tangan kotor bisa membuat gemuk? Beragam bakteri hingga virus akan jadi makanan tambahan jika kita lupa membersihkan tangan. Leah D. Whigham peneliti dari Universitas Wisconsin menyatakan bahwa kegemukan bisa disebabkan oleh adenoviruses yang menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh. Virus lemak tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dimakan menggunakan tangan yang kotor. 
Do's: Cucilah tangan Anda dengan menggunakan sabun, sebelum memasukkan makanan apa pun ke dalam mulut. Sedikitnya, bersihkan tangan setelah bepergian ke luar kantor atau pada saat Anda tiba di kantor. Jika tak memungkinkan, simpanlah sebungkus tisu basah di dalam tas. Agar lebih praktis, satu botol kecil cairan pembersih tangan dapat menjadi pilihan. 
Letakkan Dengan Tepat
Hal sepele ternyata mampu menyebabkan efek yang berarti. Cidera otot pada lengan dan kelelahan mata tak semata-mata disebabkan karena pekerjaan yang terlalu banyak. Perhatikan apakah letak komputer atau notebook Anda sudah ideal dengan posisi tubuh. Keluhan pegal-pegal pada otot bahu dan kelelahan mata sering dialami oleh banyak pekerja kantor. Sebanyak 65 persen kejadian tersebut disebabkan karena posisi mengetik dan jarak pandang yang salah. 
Do's: Jarak aman untuk menghindari mata lelah adalah memberi jarak sekitar 30 cm antara mata dengan layar. Sedikit mengecilkan tingkat cahaya monitor atau menggunakan layar antiradiasi akan cukup membantu. Perbesar ukuran tulisan jika Anda tak mampu melihatnya. Posisi keyboard usahakan berada di bawah bahu, sehingga lengan Anda membentuk siku 45-90 derajat. Bantal penyangga punggung atau leher bisa menjadi teman baik bagi tulang Anda. 
Istirahat 10 Menit
Rasa jenuh terhadap pekerjaan, mengantuk, dan hilangnya inspirasi merupakan sinyal tubuh bahwa Anda membutuhkan waktu untuk istirahat walau sejenak. Pekerjaan yang menumpuk dapat menjadi alasan pemicu rasa lelah. Jika dibiarkan, hal ini bisa berpengaruh terhadap menurunnya fungsi kekebalan tubuh, kemampuan berkonsentrasi, penyakit otot, hingga susah tidur. 
Do's: Tarik napas panjang dan teratur seraya memejamkan mata sejenak. Lakukan gerakan memutar bahu tiga kali ke belakang dan ke depan. Lakukan juga untuk otot leher. Putar leher Anda tiga kali ke kiri dan ke kanan. Jika memungkinkan, berjalanlah dan keluarlah dari ruangan kantor selama 10 menit sambil melakukan peregangan otot.

Perhatikan Apa Saja Yang Dinilai Ketika Wawancara

Setiap orang pasti akan meningkat kewaspadaannya bila sedang menghadapi interview. Bagi fresh graduate ataupun orang yang melamar pekerjaan, situasi interview seringkali menjadi situasi yang menegangkan. Bagi karyawan yang diinterview untuk kepentingan promosi atau pindah ke bagian lain pun, perasaan deg-degan juga biasa menyertai.

Kita bisa menyaksikan, banyak sekali ulah para kandidat dalam menghadapi wawancara. Ada yang diam dan menjawab seperlunya karena terlalu tegang, ada yang “ja-im”  (baca: jaga image) sampai-sampai berperilaku dibuat-buat dan tidak wajar, sementara ada juga yang berlatih keras menghafal jawaban atas pertanyaan-pertanyaan standar yang tercantum di kebanyakan buku-buku di pasaran.

Dalam wawancara, kita kerap melihat bukan hanya kandidat yang “sibuk” dan tegang, namun juga si pewawancara. Ada pewawancara yang kelihatan bingung mau bertanya apa dan sibuk mencari-cari pertanyaan yang tepat. Ada juga yang sepanjang wawancara sibuk membolak-bailk CV kandidat  dan akhirnya sekadar menegaskan apa yang sudah tercantum di dokumen yang ada. Bahkan, ada juga pewawancara yang lebih banyak berbicara sehingga si kandidat terlihat hanya manggut-manggut saja. Kadang kita dengar komentar frustrasi pewawancara: “Saya tidak bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk”. Tak jarang juga kita temukan komentar:“Ah, saya tidak senang menentukan nasib orang…”.

Krusialnya proses wawancara memang menuntut baik pewawancara maupun orang yang diwawancara untuk melakukan persiapan yang matang. Di satu sisi, kita menghadapi kenyataan tenaga yang menganggur di negara kita jumlahnya sangat banyak, sementara di sisi lain perusahaan pun mengeluhkan susahnya menemukan kandidat yang cocok untuk dipekerjakan. Bila saja kandidat dan pewawancara sedikit berupaya lebih keras lagi untuk saling mengerti dan membuka diri, persentase keberhasilan rekrutmen pasti bisa ditingkatkan.

Menerawang jabatan

Dalam situasi interview, tugas seorang pewawancara adalah menerawang kandidat untuk mengetahui apakah yang bersangkutan cocok untuk menduduki jabatan yang dilamar. Tentu saja bukan hanya “terawangan” mengenai kapabilitas kandidat untuk bisa mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sempurna, namun juga sikap apa yang mendukung, tipe kepribadian apa yang cocok, dan ketrampilan khusus apa yang dibutuhkan. Dengan waktu bertemu yang terbatas, yaitu satu jam atau paling lama dua jam, tanggung jawab ini memang tidak ringan.

Kita sering melihat sebuah pekerjaan, katakanlah teller sebuah bank, secara “taken for granted”, alias dipahami oleh siapa saja. Jika kita bertanya pada seorang kandidat: “Anda tahu apa tanggung jawab dalam pekerjaan teller?” Maka dengan segera mereka bisa menjawab: “menerima dan membayarkan uang”. Tetapi kalau pertanyaan diteruskan, “Apakah Anda tahu seberapa lelahnya kerja seorang ‘teller’?”, maka ia pun terdorong berpikir keras mengenai tenaga, intensitas dan kegiatan  seputar pekerjaan tersebut. Dengan pemahaman yang tajam, proses penggalian bisa dilakukan lebih mendalam dan “penerawangan” bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Seorang pewawancara bisa saja sudah sering melakukan interview, namun demi ketepatan proses interview, ia memang dituntut untuk selalu menerawang jabatan yang akan diisi sehingga bisa mempersiapkan pertanyaan yang tajam. Hanya dengan analisa spesifik mengenai jabatan yang akan diisi ini, pembicaraan akan lebih terfokus. Pewawancara pun tinggal mencocokkan pengalaman sukses dan gagal yang dimiliki kandidat dengan tuntutan ketrampilan, pengetahuan, sikap dan kultur perusahaan. Dengan begitu, masing-masing pihak tidak membuang waktu untuk menegaskan spesifikasi pekerjaan pada saat interview.

Menemukan daya tarik
Dalam interview kita akan berhadapan dengan kandidat, satu lawan satu, face to face. Suasana tegang akan terus terpancar, bila pewawancara sudah enggan untuk membangun koneksi dengan si kandidat. Sebagai pewawancara, kita perlu percaya bahwa setiap individu pasti punya keunikan. Bila kita tidak meyakini bahwa tiap individu punya daya tarik, pastinya akan sulit menemukan kandidat-kandidat yang cocok. Betapa seringnya, saya menemukan kandidat potensial justru setelah beberapa waktu kita secara subyektif mencari hal yang menarik dari individunya. Ini bukan berarti bahwa kita meninggalkan objektivitas, namun pendalaman tentang apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, apakah seseorang itu "gampang diatur" atau tidak, bahkan potensi kepemimpinannya, hanya bisa ditemukan bila kita betul-betul mau mendalami seseorang.

Sebaliknya, di pihak kandidat, tidak ada salahnya menampilkan daya tarik, sesuatu yang khas diri sendiri. Bukan berarti bersikap seksi, seduktif, berlebihan, tetapi justru saat seseorang nyaman menjadi dirinya sendiri, maka ia serta merta akan menjadi pribadi yang menarik.

Upaya sadar menghindari “bias”

Manusia memang selalu berasumsi. Demikian pula, manusia memang tidak bisa melupakan pengalaman masa lalunya, baik positif maupun negatif. Mau tidak mau proses interview menggunakan penilaian yang subyektif dari pewawancara. Misalnya, kita menilai seseorang dari suku bangsanya, latar belakang sekolah atau jurusannya, bahkan kemiripan dia dengan seseorang yang kita kenal. Di satu sisi, intuisi kita, bila dilatih dan diasah, bisa jadi senjata yang baik untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan.

Namun sebaliknya, sebagai pewawancara kita pun harus berhati-hati agar tidak terkecoh dengan pengambilan kesimpulan yang tergesa-gesa. Kita harus sadar akan upaya kandidat untuk memenangkan kesan pertama, misalnya dengan memoles diri dengan penampilan yang menarik atau menggunakan kata-kata yang “mengangkat” hati kita. Untuk bisa mendapatkan penilaian yang akurat, kita perlu keluar dari jebakan stereotip dan senantiasa mencari bukti-bukti objektif dan kuat sebelum mengambil kesimpulan tentang diri seseorang.

6 Alasan Stress Baik Untuk Kinerja Kerja Anda

erlalu banyak stres memang bisa memberikan pengaruh kesehatan yang negatif, seperti penambahan berat badan, atau depresi. Namun, kita terlalu sering berfokus pada cara mengatasi stres dalam pekerjaan, hubungan dengan pasangan, atau dalam keluarga, sehingga akhirnya stres itu rasanya normal saja. Selama kita hidup, kita harus menghadapi stres tersebut.
Namun, bila Anda memandang stres dengan cara berbeda, hal itu sebenarnya akan membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik. Ingin tahu sebabnya? Coba kita simak penjelasan dari beberapa pakar berikut ini.

1. Lebih kreatif. Anda pernah mendengar orang-orang yang merasa bisa bekerja lebih baik ketika berada di bawah tekanan? Umumnya mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kreatif. Menurut Larina Kase, PhD, psikolog di Pennsylvania, dan penulis buku The Confident Leader: How the Most Successful People Go from Effective to Exceptional, hal ini bukan sekadar sugesti.
“Jika pikiran kita benar-benar tenang dan rileks, tidak ada alasan untuk memandang hal-hal secara berbeda. Kita cenderung merasa ada peningkatan stres ketika kita melalui jalan yang baru, karena perubahan sering dikaitkan dengan tekanan yang baru. Output Anda secara kreatif terasa menakutkan karena berbeda untuk Anda, dan Anda tidak tahu bagaimana respons orang lain," katanya.

2. Baik untuk sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita.
“Stres yang datangnya tiba-tiba bisa membantu sistem kekebalan," ujar Mark Goulston, MD, psikiater klinis dan penulis buku Get Out of Your Own Way: Overcoming Self-Defeating Behavior.
Ketika kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam tubuh. Namun meskipun stres membuat tubuh kuat, bersemangat, dan bahkan menyehatkan, terlalu banyak stres juga bisa membuat kortisol berlebihan. Kelebihan hormon stres bisa menyebabkan obesitas pada perut. "Obesitas di bagian tengah ini sering dihubungkan dengan pengembangan penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit otak," kata Goulston.

3. Bikin tubuh prima. Angkat beban, lari, atau bersepeda statis selama 45 menit adalah bentuk stres pada tubuh. Namun, jenis stres yang baik, demikian pendapat Jessica Matthews, MS, personal trainer yang juga koordinator pendidikan untuk American Council on Exercise (ACE).
“Stres yang dihasilkan dari olahraga tingkat sedang cukup sehat, dan memberikan beberapa efek positif," katanya. “Dari perspektif fisiologis, tuntutan yang dibebankan pada tubuh selama latihan membantunya menjadi lebih efisien dalam menyelesaikan aktivitas harian."
Latihan teratur juga mampu mengurangi tingkat hormon stres dalam tubuh, dan secara bersamaan meningkatkan tingkat endorfin, sehingga menciptakan sensasi yang nyaman. Penelitian juga membuktikan bahwa latihan itu sendiri bisa membuat kita tahan terhadap stres.

4. Mampu memecahkan masalah. Ketika dihadapkan pada dilema, atau harus membuat keputusan besar, stres berperan menerangi nilai-nilai kita. Dr Kase menyarankan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh stres itu pada kita.
"Penelitian menunjukkan bahwa ktia cenderung paling bahagian ketika menggunakan keberanian kita," katanya. Namun khawatir secara berlebihan kadang-kadang bisa menjadi senjata makan tuan. “Akan sulit mendengar intuisi Anda ketika Anda berada dalam siklus kekhawatiran dan stres, jadi beri waktu untuk berpikir. Jalan-jalan dulu, tidur yang nyenyak, atau makan bareng."

5. Membuat anak merasa aman. Menurut para ahli, ibu yang merasa stres cenderung akan lebih melindungi anaknya. Misalnya, ketika sedang ramai berita penculikan anak, tentu Anda akan memberikan pengawasan lebih untuk anak Anda, bukan?
Penelitian dari Johns Hopkins University menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang menunjukkan peningkatan hormon kortisol selama kehamilan akan lebih berkembang dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak begitu tertekan. Namun, tentu saja, ibu yang terlalu stres juga tidak akan memberikan pengaruh baik untuk anaknya. Sedikit stres tentu normal dan alami.
"Bila stres bisa meningkatkan kewaspadaan Anda, itu lebih baik," ungkap Dr Goulston. Tetapi, hati-hati juga jangan sampai Anda terlalu waspada, karena bisa menyebabkan Anda rapuh dan kaku. Hal ini disebut-sebut bisa menyebabkan perilaku impulsif.

6. Kenaikan gaji. Tekanan terlalu berat dalam pekerjaan tentu tidak sehat. Namun jenis stres yang membuat Anda tegar dalam lingkungan profesional bisa memberikan pengaruh baik bagi karier Anda.
“Tingkat stres dan kegelisahan akan membuat Anda tetap berenergi, fokus, dan termotivasi," ujar Dr Kase. “Tanpa stres yang cukup, Anda mungkin tak akan memberikan upaya maksimal, dan Anda cenderung membuat kesalahan. Ketika Anda terlalu nyaman, hal itu akan menjadi tanda bahwa Anda tidak mendorong diri Anda keluar dari zona nyaman, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mengembangkan karier Anda, seperti melakukan marketing atas diri Anda, atau meminta promosi."
Sekali lagi, terlalu stres juga tidak akan baik. Anda bisa mengurangi kemampuan untuk melihat solusi yang inovatif, dan menguras energi dan efisiensi.

5 Kekuatan Mental Yang Harus Dimiliki Untuk Memulai Bisnis

emangat pantang menyerah dengan mental kuat dibutuhkan dalam merintis wirausaha. Seperti semangat prajurit spartan yang berpegang teguh mengejar misinya untuk menguasai dunia.

Analogi ini diberikan pengusaha mode yang juga model era '80-an, Dhanny Dahlan, dalam lokakarya wirausaha bagi perempuan yang diadakan oleh Indonesia Business Link beberapa waktu lalu.

Pengalamannya membangun bisnis garmen, serta asuhan orangtua yang tegas namun penuh keterbukaan, membekali Dhanny untuk melambungkan bisnis mode sejak 1982. Krisis ekonomi 1998 yang melumpuhkan bisnisnya di bidang pakaian jadi, tak lantas meluruhkan semangatnya.

Sejak 1998, bisnis dengan brand Dhanny Dahlan Collection di bawah PT Tri Asih Lestari ini kemudian berkembang dengan divisi pakaian seragam dan perorangan. Klien besarnya datang dari kalangan perbankan, travel, dan airlines. Mereka mempercayakan desain baju dan motif, serta produksi busana, pada perempuan yang dikenal tegas oleh karyawannya ini.

Dhanny berbagi tentang membangun kekuatan mental yang diperlukan pebisnis, baik pemula maupun yang tengah merintis bisnisnya:

1.Berani dengan perubahan

Memutuskan untuk menjadi pebisnis memang membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri sendiri. Namun modal penting bagi wirausahawan adalah keberanian melakukan perubahan, terutama terhadap diri sendiri. Mengubah kebiasaan dari pegawai menjadi bos kecil atas usaha yang tengah dibangun, serta menjadi pribadi yang terbuka, menjadi kunci untuk menjalankan perubahan.

2.Berani menguji adrenalin

Bisnis penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Adrenalin teruji ketika menjalankan bisnis, termasuk saat menghadapi berbagai kesempatan. Bahkan adrenalin perlu dengan sengaja diuji dengan melakukan inovasi bisnis yang membuka peluang baru, tentu dengan memperhitungkan risikonya. Kekuatan menjalani berbagai peluang dan risiko inilah yang menguji mental pebisnis.

3.Hindari penyesalan

Dalam berbisnis dibutuhkan waktu untuk melihat apakah pilihan usaha bisa berhasil, cocok atau tidak. Jika ternyata gagal, jangan pernah menyesal dan menjadi rendah diri. Sikap ini hanya akan menggerogoti mental. Namun mental semakin terasah jika penyesalan tidak pernah ada dalam kehidupan Anda sebagai pebisnis.

4.Positif dan realistis menghadapi kegagalan

Menghadapi kegagalan bisa dengan dua cara, kata Dhanny. Sebelum membuat keputusan, beri waktu 1-2 bulan untuk membuat emosi lebih stabil. Lalu buat keputusan apakah memulai kembali bisnis yang sama atau menjadikannya kenangan, dan maju lagi dengan hal yang berbeda. Di sinilah pebisnis perlu mengukur kemampuan diri, belajar dari pengalaman sebelumnya.

"Realistis dalam menjalani bisnis juga penting. Jika ternyata usaha gagal, dan memutuskan kembali ke dunia kerja sebagai karyawan, lakoni saja, follow the flow. Namun beri deadline, kapan waktunya untuk memulai bisnis kembali, pertimbangkan usia dan gunakan juga insting untuk melihat peluang lebih baik," papar Dhanny.

5.Membangun diri, bukan melawannya
Wajar jika Anda merasa sedih jika mengalami kegagalan menjalankan bisnis. Bisnis juga mengalami pasang-surut. Emosi yang dialami jangan dilawan, namun lakoni saja keadaannya. Cari teman bicara yang menurut Anda bisa membantu keluar dari masalah. Apakah dengan guru spiritual, psikolog, atau teman dekat siapapun yang Anda percaya mampu membangun diri. Atasi masalah dan mulai kembali membangun diri dan bisnis baru sesuai takaran kemampuan Anda.

8 Alasan Lamaran Anda Tidak Diterima

Pewawancara akan selalu meneliti pelamar dari surat lamarannya, cara menjawab panggilan telepon, dan saat wawancara. Jangan sampai upaya Anda untuk mendapatkan pekerjaan incaran hilang. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda hindari:


1. Data tak akurat dan tidak lengkap
Data Anda untuk dihubungi harus dipastikan tepat dan lengkap. Jika pewawancara sulit menghubungi Anda begitu ia berminat, kesempatan Anda bisa lewat begitu saja. 
2.Selang waktu menganggur
jika selang waktu antara masa kerja sebelumnya cukup lama, Anda harus siap memberikan alasan yang cukup kuat dan valid. Akan lebih baik jika saat selang waktu menganggur tersebut diisi dengan kegiatan yang memperkaya pengalaman atau pengetahuan diri Anda. 
3.Alasan samar-samar
Berikan pandangan positif dan rinci, mengapa Anda meninggalkan pekerjaan terdahulu. Bila jawabannya tak jelas, pewawancara akan segera mencoret nama Anda. 
4.Jawaban tak konsisten
Jika pertanyaan yang sama diajukan berulang dengan cara berbeda, berilah jawaban yang sama dan konsisten. 
5.Harapan tak realistis
Apakah Anda tertarik perjalanan bisnis, gaji besar, atau harapan lain yang tak realistis? Bila ya, bisa berbahaya. Yang penting, persiapkan diri, tunjukkan niat bekerja dan jumlah gaji yang realistis.
6.Kurang persiapan
Jadi, persiapkan diri dan cari tahu latar belakang perusahaan yang akan didatangi, dan kembangkan pertanyaan yang mungkin dihadapi. Berikan kesan positif dan perlihatkan kesungguhan Anda.
7.Tak ada target karier dan hidup
Bagaimana dan akan di mana Anda dalam 2-5 tahun mendatang? Anda harus punya target yang jelas tentang kehidupan pribadi dan karier Anda. Hal ini menunjukkan, perhatian Anda fokus dan punya arah karier spesifik. 
8.Sikap negatif atau membangkang
Perlihatkan sikap mental positif. Tersenyum, jabat tangan erat, dan kontak mata. Bila memberi reaksi negatif atar pertanyaan yang diajukan, Anda pasti gagal. Jika pewawancara memberi informasi negatif, jangan bereaksi. Cukup catat dan bahas kemudian.

6 Alasan Keinginan Pindah Kerja

Tak ada suatu hal pun di dunia ini yang sempurna. Kita semua tahu itu. Setiap hal pasti ada positif dan negatifnya. Begitu pun tentang pekerjaan. Ketika seseorang mendiskusikan tentang kantor atau perusahaan tempatnya bekerja, kata "benci", "kecewa", dan setipenya seringkali terlontar. Padahal, asal diketahui, label semacam itu adalah label yang sangat kuat. 
Seseorang bisa membenci pekerjaannya karena banyak alasan. Jika Anda mendapati diri Anda mengeluhkan tentang pekerjaan, cobalah berhenti sejenak dan tanyakan lagi kepada diri Anda, apakah Anda benar-benar membenci pekerjaannya atau ada yang bisa Anda lakukan untuk memperbaikinya tapi belum terlaksana?
Berikut adalah 6 alasan umum yang membuat seseorang bisa melontarkan kata "benci" kepada pekerjaannya dan tawaran solusi yang bisa membantu meredakannya.

"Saya terlalu (brilian, berpengalaman, inovatif) untuk bekerja di sini"
Anda merasa diri Anda memiliki kualitas bagus, namun tempat kerja Anda ini kurang bisa jadi saluran yang tepat untuk kemampuan Anda. Jika Anda memang bisa melakukan pekerjaan yang lebih menantang atau memiliki tanggung jawab lebih, jangan berhenti mencarinya. Di lain pihak, jangan sampai hal itu menyurutkan upaya terbaik Anda untuk melakukan hal yang terbaik, karena Anda masih butuh rekomendasi dan jangan sampai mendapatkan surat pemecatan. Cobalah untuk menawarkan diri untuk melakukan tugas di luar tanggung jawab Anda yang sekarang agar bisa sekaligus menambah resume pada surat lamaran kerja Anda. Plus, waktu Anda di perusahaan akan lebih cepat berlalu jika Anda mulai mencoba melakukan hal di luar rutinitas.

"Tak ada yang menganggap saya penting"
Jika bakat, upaya, dan waktu Anda tersia-sia, Anda berhak untuk sebuah perubahan. Jika Anda memiliki kesempatan untuk bicara empat mata dengan bos Anda, entah itu untuk evaluasi hasil kerja atau sebuah diskusi yang terencana, cobalah jelaskan bahwa Anda khawatir Anda tak bisa menjalankan pekerjaan lebih baik di perusahaan di samping prestasi yang bisa Anda lakukan, lalu berikan contoh hasil kontribusi Anda. Ketika Anda membingkai isu sebagai masalah profesional, ilustrasikan pula bagaimana perusahaan bisa melihat bahwa apa yang Anda kerjakan itu cukup penting, asal tetap buat pembicaraan berkisar pada topik untuk pengembangan perusahaan, ketimbang keluhan Anda. Tak ada perusahaan yang mengeluarkan promosi atau kenaikan gaji hanya karena mereka pikir sudah waktunya. Perusahaan merespon pada hasil, bukan berdasarkan kalender.

"Untuk titel ini, gajinya di bawah standar"
Hal ini bisa berarti Anda tak sabar untuk mendapatkan kenaikan gaji. Pertama-tama, adalah hal yang lumrah untuk seseorang berpikir bahwa ia tidak memiliki gaji yang cukup. Untuk bisa mengetahui apakah hasil kerja Anda selama ini sudah diganjar dengan pendapatan yang pas dengan hasil yang didapat orang di luar perusahaan ini yang memiliki titel dan jabatan yang sama? Cari tahu, jika memang benar gaji Anda di bawah standar, cobalah untuk mendiskusikan kembali hal ini kepada atasan Anda. Tapi ingat, tak semua perusahaan memiliki dana cukup untuk membayar tenaga-tenaga kerjanya sesuai standar. Andalah yang bisa mengukur antara kesetiaan, kebutuhan, dan kepuasan kerja.

"Saya sudah tak peduli"
Apakah Anda benar-benar menyukai pekerjaan yang Anda lakukan ini? Jika Anda melakoni profesi yang sekarang hanya karena bisa membayar tagihan bulanan, bisa jadi Anda tak benar-benar menyukainya. Namun, jika Anda mengambil pekerjaan ini karena nilai lain yang terkandung, misal, kemungkinan untuk mengasah bakat, belajar hal baru, berinteraksi dengan banyak orang, maka kemungkinan Anda perlu mengingatkan diri Anda akan hal-hal tersebut. Apakah posisi lain di perusahaan yang sama atau di tempat lain bisa memenuhi kebutuhan Anda dalam cara yang berbeda dari perusahaan ini? Jika Anda tahu bahwa ada kesempatan lain yang lebih cocok untuk Anda, carilah kesempatan itu. Jika Anda sudah tiba di titik comfort zone, pekerjaan Anda akan cenderung menurun, atasan Anda tidak senang, dan Anda hanya menghabiskan waktu diri sendiri, juga perusahaan.

"Saya benci si bos"
Anda dan si bos mesti bertemu di tengah. Berhadapan dengan bos adalah untuk mengetahui apa yang bisa Anda ubah dan mengetahui apa yang adalah hal permanen. Misal, seorang mikromanager bisa jadi lebih reseptif kepada kebutuhan Anda untuk sebuah kebebasan jika Anda duduk bersamanya dan membicarakan hal tersebut. Namun Anda tak bisa berekspektasi seseorang akan berubah 180 derajat hanya untuk memuaskan kemauan Anda. Sadarilah bahwa beberapa tipe manager akan mau mendengarkan Anda dan mengubah suasana kantor untuk menciptakan suasana yang lebih baik. Sebagian lainnya tak bisa mengubah gaya mereka seperti Anda sulit mengubah kebiasaan Anda. Karenanya, Anda harus menghitung dan memperkirakan kompromi semacam apa yang bisa Anda lakukan. Jika si bos tak pernah bisa menemukan titik tengah dengan Anda, maka sudah saatnya Anda mencari pekerjaan lain.

"Saya benci rekan kerja yang ada"
Kultur perusahaan membuat Anda gerah? Ketidakakraban dengan rekan kerja adalah masalah yang serupa masalah dengan bos. Untuk hal ini, Anda harus mau mencoba mengalah sedikit. Kadang, obrolan ringan sekilas saja bisa meredakan ketegangan, namun, ada waktu-waktu tertentu perbedaan tidak bisa ditengahi. Jika Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda bisa mencoba melepaskan diri dari situasi rekan kerja yang menyebabkan Anda stres. Mungkin masalahnya bukan karena mereka yang berubah, tapi karena Anda yang sudah bertumbuh, dan hal-hal yang biasa Anda lakukan bersama teman-teman sekarang menjadi kegiatan yang menjemukan. Terimalah fakta bahwa bisa jadi Anda yang berubah dan menjauh dari teman-teman kerja, lalu putuskan apa yang bisa Anda lakukan untuk menghadapinya

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...