16 Agustus 2011

Trik Agar Disukai Pewawancara


Ada beberapa cara membuat pewawancara jatuh hatipada kita:


Kadar senyum: pas!
Benar,bersikap ramah dan pasang tampang bersahabat itu perlu, tapi bukanberarti kita malah mengobral senyum selama wawancara berlangsung.Selain menunjukkan grogi dan kurangnya rasa pede, kebanyakan senyumjuga membuat pewawancara menilai kita 'palsu'—masa, sih, tetapsenyum saat lagi dipaparkan beratnya jobdescription posisiyang kita lamar.
Intinya,senyumlah di saat yang tepat, misalnya saat pewawancara ngajakbercanda.


Stop mengisi jeda
Ditengah-tengah wawancara, kadang suka ada jeda kosong di mana kita danpewawancara sama-sama diam nggak bersuara, misalnya saat pewawancaralagi mengecek CV. Rasanya memang kurang nyaman—bikin salting gitu,deh. Tapi, nggak perlu merasa berkewajiban mengisi jeda itu denganobrolan, apalagi bila topiknya nggak mutu dan terkesan basa-basi.
Jikamemang nggak tahan untuk cuap-cuap, pilih topik serius danberhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilamar.


Nggak keringetan
Percumakita sudah dandan cantik dan berpenampilan rapi jika saat wawancaramalah heboh menghapus keringat di jidat. Ingat, perusahaan mencarikaryawan, bukan personaltrainer—kecualimelamarnya ke fitnesscenter.

Cara Menolak Mutasi

Anda termasuk yang ingin menolak mutasi? Bisa-bisa saja, asal alasannya masuk akal dan meyakinkan, seperti:
  • Saya kurang berpengalaman...”

Ini hanya berlaku bagi kita yang dimutasi untuk memegang posisi dan tanggung jawab lebih tinggi di tempat baru. Kasih alasan bila kitamerasa belum cukup pengalaman untuk mengemban tugas tersebut dan masih banyak hal yang perlu kita pelajari di kantor sekarang.
Biasanya, sih, atasan lebih mudah menerima jika alasan kita berhubungan dengan kinerja, dibanding alasan yang sifatnya pribadi seperti nggak berani pindah sendirian ke kota lain.

  • Saya harus menjaga ortu.”

Jika ortu lagi sakit, utarakan saja. Katakan pada atasan atau HRD, bahwa kita adalah orang yang diandalkan di rumah untuk merawat ortu, membeli obat, mengantar ke rumah sakit, dan lainnya.
Sebaliknya jika ortu sehat, ya, jangan diaku-aku sedang sakit (nanti malah kejadian, ah). Mending, utarakan bahwa ortu sudah tua dan kita takut terjadi apa-apa jika meninggalkan mereka berdua saja di rumah—jangan lupa ngibul, seolah semua kakak-adik kita ada di luar kota.

  • Saya mau menikah!”

Syaratnya: orang-orang kantor tahu bahwa kita memang punya pacar—syukur-syukur si dia memang sudah melamar atau setidaknya ada niat serius. Jika atasan bertanya kapan tanggal pernikahannya, bilang saja masih dibicarakan oleh pihak keluarga.

Populer di Kantor Baru

Kecuali kita secantik model atau anak bos, kemungkinan untuk langsung populer di kantor baru memang kecil. Tapi, bukan berarti mustahil.
Tanpa bermaksud sok eksis, banyak keuntungan lain yang bisa diperoleh jika kita populer di kantor. Misalnya, nih, kita jadi nggak segan meminta bantuan saat mengalami kesulitan.
Cukup dengan beberapa trik, kita bisa, kok, cepat dikenal oleh para 'penghuni' lama.

Kenali Si Populer
Dalam waktu kurang dari seminggu, biasanya kita sudah bisa mengenali siapa si populer di kantor. Ada yang populer karena prestasinya, ada yang populer karena kelakuan minusnya, ada juga yang populer karena supel. Saran CC, nih, dekati yang supel. Kenapa? Karena tipe ini biasanya punya banyak teman—bahkan dari divisi berbeda. Berteman dengan tipeini otomatis membuka peluang kita kenal lebih banyak orang.

Gabung Makan Siang
Pas jam makan siang, jika melihat ada rombongan mau berangkat makan, bertanyalah pada mereka apakah kita boleh gabung. Kalau belum pede gabung ke kelompok besar, minimal gabung ke rekan yang duduknya bersebelahan dengan kita, deh. Yang penting, usahakan makan siang dengan rekan baru, jangan malah melipir sendirian.

Sogokan Perut
Cari tahu ke sekretaris, jenis makanan apa yang biasanya disukai rekan satu divisi. Lalu, jangan pelit keluar modal untuk membeli makanan tersebut dan meletakkannya di meja umum. Jika nggak ada meja umum, letakkan saja di meja kita, sambil menawarkan setiap orang untuk mengambilnya. Nggak perlu makanan mahal, sekadar cemilan ringan juga akan meninggalkan kesan, kok. Dari perut turun ke hati, kan.

Hindari Menjadi Public Enemy No. 1

Mengontrol pikiran rekan kerja pastinya sulit. Lebih baik kita benahi dulu perilaku yang kurang menyenangkan. Siapa tahu selama ini kita sering melakukan sesuatu yang bikin sebal orang lain, seperti: 
 
1.Komentar mulu!
Senang menganalisa segala sesuatu membuat diri kita terlihat sok tahu di mata rekan kerja. Nggak perlu, deh, mengomentari pakaian orang lain kalau memang Anda sendiri nggak modis. 


2.Sok serius
Anda datang terlambat, mengambil jam makan siang ekstra panjang, dan baru bekerja serius di atas pukul 14.00. Anda pun ingin semua orang ngeh bahwa Anda meninggalkan kantor di atas pukul 17.00. Ternyata sikap ini nggak bakal bikin siapa pun terkesan. 


3.Tukang gosip
Infotainment kalah update dibanding info yang Anda miliki. Tapi, nggak semua hal harus disebarkan kepada rekan kerja. Sebelum kehilangan kepercayaan teman, belajar menyimpan rahasia dulu, deh.


5.Devil’s advocate
Paling doyan, tuh, punya pendapat beda dari rekan kerja. Bisa dapat teman debat, sih. Please, deh, semua orang capek menghadapi Anda yang siap ‘menantang’ mereka hanya untuk membuktikan kehebatan Anda. 


6.“Eh, tahu nggak…”
Jika Anda termasuk orang yang senang mengobrol, sebaiknya segera hentikan niat tersebut saat rekan kerja cuma memberikan komentar, “Oh… iya, ya?” Mereka memberikan tanggapan standar karena tidak tertarik pada topik yang Anda lontarkan, tuh.

5 Agustus 2011

Tips Wawancara untuk Lolos Melamar Pekerjaan


Dalam proses seleksi melamar pekerjaan, wawancara sering kali dianggap mudah. Namun dalam sesi wawancara beberapa orang gagal mendapatkan pekerjaan yang didambakannya. Untuk itu sesi wawancara harus dipersiapkan dengan sunguh-sungguh.
Berikut tips rahasia sukses wawancara saat melamar pekerjaan;
1. Berapa gaji yang Anda minta?
Jawab: Sebutkan gaji yang besarnya realistis. Lihat mata pewawancara, sebutkan jumlah, dan berhentilah bicara. Jangan bohong tentang gaji yang Anda terima di kantor sebelumnya, bila Anda sudah bekerja. Bila Anda merasa bahwa gaji Anda di kantor yang sekarang terlalu kecil, berikan penjelasan.
2. Apa kelebihan utama Anda?
Jawab: Pilih potensi Anda yang relevan dengan bidang pekerjaan yang Anda lamar. Hindari respons yang generik seperti pengakuan bahwa Anda pekerja keras. Lebih baik, berikan respons berupa, “Saya selalu diperbudak daftar pekerjaan yang saya buat sendiri. Sebab, saya tidak mau pulang sebelum pekerjaan di kantor beres semua.”
3. Apa kekurangan Anda yang paling jelas?
Jawab: Jangan bilang Anda seorang perfeksionis (menunjukkan bahwa Anda sombong). Lebih baik, jujur saja dan sebutkan kelemahan yang kongkret. Misalnya, Anda lemah menghitung di luar kepala, dan karenanya Anda mengatasinya dengan membawa kalkulator. Tapi, kemudian, susul dengan kelebihan Anda.
4. Di mana Anda melihat diri Anda lima tahun lagi?
Jawab: Gambarkan posisi yang realistis. Kira-kira dua-tiga posisi di atas posisi yang Anda lamar sekarang. Jangan sertakan cita-cita yang tak ada hubungannya dengan lamaran pekerjaan Anda, misalnya, ingin jadi bintang sinetron atau jadi novelis. Sebab, Anda akan tampak tidak fokus.
5. Mengapa Anda ingin meninggalkan kantor yang lama?
Jawab: Jangan sampai mengemukakan hal yang negatif. Kalau kenyataannya begitu, ucapkan dalam kalimat ‘positif’, misalnya bahwa Anda tidak melihat ada ‘ruang’ di mana Anda bisa berkembang. Lalu, jelaskan mengapa Anda menganggap bahwa pekerjaan di kantor baru ini memberi kesempatan yang lebih baik.
6. Adakah contoh kegagalan Anda?
Jawab: Ungkapkan kegagalan yang pernah Anda alami, tapi yang sudah terpenuhi solusinya. Supaya, pewawancara tahu bahwa Anda punya usaha untuk mengatasi masalah
7. Apakah Anda punya pertanyaan?
Jawab: Berikan paling sedikit dua pertanyaan yang terfokus pada kantor baru ini. Misalnya, Anda bertanya apakah kantor ini sudah punya website. Atau, bisa juga Anda mempertanyakan kehadiran CEO yang Anda tahu baru saja diangkat – apakah membuat kinerja perusahaan semakin baik, dan semacamnya. Jangan bertanya tentang kepentingan Anda sendiri, misalnya, apakah karir Anda akan berkembang di sana.

Apa yang menjadikan seseorang selalu sukses untuk menggapai impiannya? Tampil beda dan memiliki keunggulan komperatif mungkin salah satu yang menjadikan Anda selalu berada di dalam posisi terdepan!

Termasuk dalam meraih karier dan mengungguli orang lain dalam mencari pekerjaan yang sesuai. Ada beberapa trik atau strategi yang perlu disiapkan agar Anda sukses dalam melewati tahapan untuk mengejar karier yang diidam-idamkan.
Modal nekat saja, pasti tak cukup.. Di sini juga anda bisa menemukan beberapa lowongan kerja yang mungkin tak ada salahnya jika anda mencobanya. 

3 Agustus 2011

Jangan Ragu Memilih Profesi "Chef"


Acara-acara kompetisi memasak sepertiMasterchef atau Top Chef yang makin digemari saat ini secara tak langsung mengangkat profesi seorang chef. Jika dulu chef hanya berkarya di "belakang layar", alias di dapur, kini chef menjelma menjadi selebriti yang dikagumi banyak orang. Bahkan, muncul pula istilah seperti celebrity chef, yang maknanya kurang lebih chef yang punya acara di televisi. Contohnya adalah Farah Quinn, Haryo Pramoe, atau Rinrin Marinka.
Namun Cristophe Megel, Chief Executive Officer (CEO) At-Sunrice, salah satu Chef Academy di Singapura mengatakan, alternatif profesi chef sebetulnya bisa lebih beragam dari sekadar menjadi celebrity chef.

"Anda bisa membangun restoran sendiri, seperti seorang alumni saya yang bernama Budi Kurniawan," ujar Chef Megel saat berkunjung ke Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Minggu (29/5/2011) lalu. Budi Kurniawan adalah alumni At-Sunrise dari Indonesia yang kini menjadi salah satu pemilik restoran Munchies and Bar di Gandaria City, Jakarta.
Selain menjadi pengusaha restoran, lulusan Chef Academy juga bisa menjadi wartawan atau food stylist untuk gourmet magazine. "Irene Reteno, alumni dari Indonesia dan Arref Rusli dari Malaysia, sekarang menjadi jurnalis di Cuisine and Wine magazine," tambah Megel, sambil menunjukkan foto-foto alumninya dan menceritakan profesi yang kini dijalani para alumni tersebut.

Anda juga bisa menjadi customer service untuk perusahaan yang bergerak di bidang makanan, menjadi penulis buku resep dan tips memasak, menjadi pengajar, bahkan menjadi pemilik tempat kursus memasak. Selain bekerja untuk bidang atau lembaga komersial, chef juga bisa memilih lingkup pekerjaan yang sifatnya untuk membantu orang lain. Misalnya, menjadi pemandu nutrisi untuk rumah sakit.

Bila kemampuan Anda sudah mumpuni, dan Anda memiliki networking yang luas, bukan tak mungkin Anda akan dilirik orang-orang penting untuk direkrut sebagai private chefPrivate chef, seperti Adhika Maxi, kini banyak diundang para pengusaha atau pejabat yang ingin membuat jamuan makan pribadi di rumahnya.

Nah, bila Anda mempunyai hobi memasak, jangan ragu untuk mulai melirik profesi juru masak profesional ini. Agar kemampuan dan pengetahuan Anda tentang dunia memasak semakin baik, pilih sekolah kuliner atau culinary academy. Chef Megel menyarankan agar Anda mencari sekolah chef yang memiliki standar internasional. Sebab di sekolah-sekolah seperti ini Anda bisa memelajari teknik memasak untuk hidangan-hidangan khas dari berbagai negara di dunia.

"Pastikan agar sekolah chef yang dipilih merupakan sekolah yang sangat memperhatikan kualitas. Ini bisa dilihat dari gedung sekolahnya, fasilitas yang dimiliki, kebersihan, juga kerja sama dengan berbagai pihak seperti hotel untuk kerja praktek dan perekrutan chef," ungkap Chef Megel.

Kerja sama pihak sekolah dengan perusahaan penyedia bahan baku makanan juga bisa menjadi bahan pertimbangan apakah sekolah tersebut sangat mengutamakan kualitas makanan yang akan disajikan selama masa pendidikan.
Di luar itu semua, Chef Megel menambahkan agar calon siswa mengetahui siapa pemilik sekolah chef yang akan dipilih. Penghargaan apa saja yang telah didapatkan oleh sekolah chef tersebut, dan apa saja jurusan atau program studi yang tersedia. Dengan berbekal informasi yang lengkap semacam ini, pilihan Anda akan sekolah yang dituju menjadi lebih terarah.

Sudahkah Anda Memiliki Inteligensi Kolektif?


Seorang teman yang bertanggung jawab menangani divisi sumber daya manusia di sebuah universitas, mengeluhkan betapa para ilmuwan, dosen, bahkan profesor, sangat sulit bekerja sama. Teman lain, yang bekerja di rumah sakit, ternyata mempunyai keluhan yang sama.
Di satu sisi organisasi berjuang keras untuk mendapatkan individu terbaik dan terpintar, namun di sisi lain saat orang-orang pintar ini berkumpul, proses diskusi malah menjadi lebih alot dan bahkan bisa tidak menghasilkan apa-apa. Bukankah kita memang sering merasakan bahwa kerja tim malahan bisa jadi tidak lancar bila beranggotakan orang-orang pintar?
Dalam kesebelasan sepak bola, kumpulan para bintang bisa tidak membentuk tim yang hebat. Tim elit top manajemen perusahaan yang berisi orang-orang pintar pun seringkali punya masalah untuk bersinergi. Bukankah tim Obama juga disebut sebagai “too many brains team”, namun kerap dikritik karena lamban dalam mengambil keputusan? Bagaimana kita menyikapi dan menyiasati hal ini?

Usaha untuk memperkuat koordinasi, menebalkan kohesi serta sinergi terus-menerus kita dengar dan bicarakan. Berbagai program pelatihan, camp dan outbound dilakukan agar individu lebih bersatu dan saling memahami satu sama lain. Namun, tetap banyak yang mengeluhkan betapa sinergi tetap saja seolah tertahan dan tidak terjadi.
Tidak jarang terjadi, dalam sesi-sesi brainstorming yang dilakukan orang-orang pintar, ide-ide yang muncul seringkali terasa tertahan dan bahkan basi. Kinerja kolektif yang di atas kertas semestinya lebih baik dari rata-rata kehebatan masing-masing individu, malahan berkinerja di bawah rata-rata. Sebaliknya, ada kelompok yang anggotanya biasa-biasa saja, namun ketika membentuk tim malah bisa menghasilkan prestasi luar biasa yang bahkan membuat kejutan bagi anggotanya sendiri.
Apa rahasianya sehingga sebuah tim, apalagi tim yang terdiri atas para bintang, bisa menunjukkan kinerja kinclong dan smart? Bagaimana menumbuhkan kekuatan “collective intelligence” yang disebut-sebut bisa melipatgandakan prestasi dan menjadi faktor kunci dari keberhasilan suatu tim dan organisasi?

Kolaborasi dan peduli

Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa kinerja sebuah kelompok dalam membuat tugas semacam puzzle,brainstorming, dan negosiasi, lebih baik daripada hasil kerja masing-masing individunya. Ketika diteliti lebih jauh, ternyata kekuatan yang dihasilkan oleh kelompok tidak banyak kaitannya dengan kohesi, kedekatan interpersonal, motivasi, maupun kepuasan individu, namun lebih dipengaruhi faktor care atau kepedulian. Setiap individu tidak hanya peduli pada keberhasilan tugas dan peran pribadinya, namun ingin rekannya juga berhasil. Bila kegiatan team-building dan outbound yang dilakukan baru semata mempererat kohesi, merekatkan hubungan interpersonal kelompok, namun belum menyentuh suasana hati dan ego dari masing-masing individu, kita tidak bisa berharap banyak bahwa kegiatan itu akan betul-betul bisa membawa dampak positif sekembalinya mereka ke tempat kerja.

Orang-orang yang cerdas dan berprestasi kita lihat mempunyai kemauan yang keras. Selain itu, individunya juga sangat percaya pada prinsip dan pendapatnya sendiri. Ini adalah kekuatan, namun sekaligus berpotensi menjadi sumber perpecahan dalam kelompok. Hanya bila individu menyadari kekuatan dan peran dirinya, sambil melihat kekuatan dan peran orang lain, kemudian terbuka mata dan pikirannya untuk berkolaborasi mencapai tujuan bersama, barulah bisa timbul percikan sinergi. Kuncinya adalah kesadaran bahwa tidak ada anggota tim yang bisa sukses tanpa memastikan kesuksesan orang lain. Jadi tugas kita adalah membuat orang lain bisa melakukan perannya dengan baik dan membuat orang lain terlihat baik, bukan malah menjatuhkannya. Ini tentu keyakinan yang perlu dibangun dengan fokus pada tujuan bersama dan keberhasilan bersama.

Terobos dinding ego
Dalam suatu perusahaan, individu-individu yang berkinerja bagus dipromosikan menjadi direksi. Di luar dugaan, tim yang tadinya solid ini malahan tiba-tiba tidak menghasilkan kinerja yang cemerlang lagi. Walaupun tidak berkonflik terbuka, terasa hubungan menjadi dingin dan setiap individu terkesan tetap bersikeras dengan gaya dan keahlian masing-masing. Suasana terasa hambar, bahkan enggan berkomunikasi satu sama lain. Ketika tim menemui jalan buntu dan akhirnya masing-masing berkesempatan membuka hati, barulah hubungan mencair dan komunikasi menjadi lebih tulus untuk bersatu dan menolong satu sama lain. Ternyata, individu yang berprestasi pun perlu juga digelitik kepekaan sosialnya, sehingga kembali bisa melihat lebih obyektif dan lebih mampu mendengar lebih aktif.

Teman saya berkomentar, “Orang-orang pintar, biasanya egonya juga sama-sama kuat.” Benarkah ini? Kita memang kerap melihat bahwa kerasnya ego individu bahkan mewarnai berbagai konflik skala nasional yang disorot media, entah itu kisruh PSSI, perseteruan anggota dewan yang terhormat, atau juga di jajaran kabinet. Bisa jadi, karena ego pribadi masih mendominasi, collective intelligence jadi sulit terwujud.
Dari sinilah kita bisa melihat bahwa individu yang inteligen belum tentu bisa membangun inteligensi kolektif. Individu yang mampu menumbuhkan inteligensi kolektif biasanya menjaga kepekaannya, banyak memperhatikan kebutuhan orang lain, berusaha tidak mendominasi pembicaraan walaupun sebenarnya ahli dalam topik pembicaraannya, sambil benar-benar mendekatkan hatinya dengan tim.

Dengan individu-individu yang berprestasi, dialog satu sama lain sangat penting, baik itu formal dan informal. Perlu ada keterbukaan yang tulus. Kita bisa membicarakan tugas atau proyek tertentu, tetapi spirit untuk menjaga kebersamaan perlu berakar di dasar kepribadian individu. Kita tidak bisa lagi memandang aspek emosional sebagai aspek penghambat prestasi. Justru pada orang yang sudah berprestasi, aspek emosilah yang mempengaruhi mental dan spiritnya. Itulah sebabnya pemimpin dari kelompok berprestasi ini selalu menggunakan pendekatan kembar, yaitu tugas dan hubungan interpersonal. Hanya melalui pendekatan yang dalam inilah trust bisa dikembangkan, berdampingan dengan good-will organisasi.

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...