28 Agustus 2010

Cara Hidup Sehat Walau harus Bekerja Di Kantor

Aktivitas yang padat dan tekanan di kantor, bisa menyebabkan Anda terjerumus pada pola hidup yang tak sehat. Ketika pola hidup tak sehat yang dijalani, berbagai penyakit pun siap menghadang. Tak ingin proyek besar lepas gara-gara Anda sakit-sakitan, kan? Makanya, lindungi tubuh dan jiwa dengan kebiasaan sehat ini. 
Camilan Sehat
Pekerjaan yang menumpuk, deadline, dan menghadapi bos yang sedang marah seharian memang membuat kita butuh energi ekstra. Itulah mengapa camilan menjadi kian populer di lingkungan kerja. Alhasil, banyak yang asal memilih camilan, yang penting dapat memenuhi keinginan perut. Rasa camilan ini gurih dan menggoyang lidah tapi bisa jadi tak punya gizi dan malah bikin gemuk. 
Do's: Jadikan camilan lezat rendah kalori dan tinggi serat sebagai rekan kerja baru Anda di kantor. Apel, pisang, atau anggur dijamin mampu membuat perut Anda kenyang. Jika bosan dengan buah, makanlah dua biskuit dan satu sendok selai kacang yang kaya gizi. Kombinasi karbohidrat dan protein akan membantu Anda kenyang lebih lama. Dapatkan juga dalam oatmeal instan yang mampu menurunkan kolesterol. 
Minum Delapan Gelas Air
Kekurangan air tak hanya menyebabkan kulit kering, namun juga bau mulut tak sedap, kehilangan gairah kerja, dan menurunkan tekanan darah. Jika Anda merasa lesu, bisa jadi karena Anda kurang minum. Pekerjaan kantor seringkali membuat kita lupa untuk minum. Rata-rata para pekerja kantor hanya mengonsumsi 4 gelas air selama berada di kantor. Padahal, penggunaan pendingin ruangan membuat cadangan air dalam tubuh lebih banyak menguap. 
Do's: Jadwalkan kegiatan minum Anda mulai dari sekarang. Minumlah 3 gelas air sebelum jam makan siang, dan tiga gelas terakhir menjelang Anda pulang kantor. Aturlah jeda setengah jam untuk sdetiap gelasnya. 
Bersih-bersih
Sebuah penelitian membuktikan bahwa tata letak dan kerapihan ruang kerja secara tak langsung memengaruhi psikologis Anda untuk bekerja lebih semangat dan teratur. Debu yang tersembunyi di keyboard, buku-buku, atau gagang telepon bisa menjadi sumber beragam penyakit pernapasan seperti flu, batuk, dan asma.
Do's: Sikat halus pembersih debu atau kain halus bisa digunakan untuk membersihkan monitor atau layar notebook Anda. Baiknya lakukan hal ini tiga hari sekali. Gunakan kain sedikit basah untuk membersihkan gagang dan tombol telepon. Anda juga bisa mulai mengatur tata letak buku, file-file, kalender, atau CD kesayangan sesuai dengan jenisnya. Terakhir, ucapkan selamat tinggal untuk meja berantaskan dan berdebu.
Bersihkan Tangan
Tahukah Anda bahwa tangan kotor bisa membuat gemuk? Beragam bakteri hingga virus akan jadi makanan tambahan jika kita lupa membersihkan tangan. Leah D. Whigham peneliti dari Universitas Wisconsin menyatakan bahwa kegemukan bisa disebabkan oleh adenoviruses yang menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh. Virus lemak tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dimakan menggunakan tangan yang kotor. 
Do's: Cucilah tangan Anda dengan menggunakan sabun, sebelum memasukkan makanan apa pun ke dalam mulut. Sedikitnya, bersihkan tangan setelah bepergian ke luar kantor atau pada saat Anda tiba di kantor. Jika tak memungkinkan, simpanlah sebungkus tisu basah di dalam tas. Agar lebih praktis, satu botol kecil cairan pembersih tangan dapat menjadi pilihan. 
Letakkan Dengan Tepat
Hal sepele ternyata mampu menyebabkan efek yang berarti. Cidera otot pada lengan dan kelelahan mata tak semata-mata disebabkan karena pekerjaan yang terlalu banyak. Perhatikan apakah letak komputer atau notebook Anda sudah ideal dengan posisi tubuh. Keluhan pegal-pegal pada otot bahu dan kelelahan mata sering dialami oleh banyak pekerja kantor. Sebanyak 65 persen kejadian tersebut disebabkan karena posisi mengetik dan jarak pandang yang salah. 
Do's: Jarak aman untuk menghindari mata lelah adalah memberi jarak sekitar 30 cm antara mata dengan layar. Sedikit mengecilkan tingkat cahaya monitor atau menggunakan layar antiradiasi akan cukup membantu. Perbesar ukuran tulisan jika Anda tak mampu melihatnya. Posisi keyboard usahakan berada di bawah bahu, sehingga lengan Anda membentuk siku 45-90 derajat. Bantal penyangga punggung atau leher bisa menjadi teman baik bagi tulang Anda. 
Istirahat 10 Menit
Rasa jenuh terhadap pekerjaan, mengantuk, dan hilangnya inspirasi merupakan sinyal tubuh bahwa Anda membutuhkan waktu untuk istirahat walau sejenak. Pekerjaan yang menumpuk dapat menjadi alasan pemicu rasa lelah. Jika dibiarkan, hal ini bisa berpengaruh terhadap menurunnya fungsi kekebalan tubuh, kemampuan berkonsentrasi, penyakit otot, hingga susah tidur. 
Do's: Tarik napas panjang dan teratur seraya memejamkan mata sejenak. Lakukan gerakan memutar bahu tiga kali ke belakang dan ke depan. Lakukan juga untuk otot leher. Putar leher Anda tiga kali ke kiri dan ke kanan. Jika memungkinkan, berjalanlah dan keluarlah dari ruangan kantor selama 10 menit sambil melakukan peregangan otot.

Perhatikan Apa Saja Yang Dinilai Ketika Wawancara

Setiap orang pasti akan meningkat kewaspadaannya bila sedang menghadapi interview. Bagi fresh graduate ataupun orang yang melamar pekerjaan, situasi interview seringkali menjadi situasi yang menegangkan. Bagi karyawan yang diinterview untuk kepentingan promosi atau pindah ke bagian lain pun, perasaan deg-degan juga biasa menyertai.

Kita bisa menyaksikan, banyak sekali ulah para kandidat dalam menghadapi wawancara. Ada yang diam dan menjawab seperlunya karena terlalu tegang, ada yang “ja-im”  (baca: jaga image) sampai-sampai berperilaku dibuat-buat dan tidak wajar, sementara ada juga yang berlatih keras menghafal jawaban atas pertanyaan-pertanyaan standar yang tercantum di kebanyakan buku-buku di pasaran.

Dalam wawancara, kita kerap melihat bukan hanya kandidat yang “sibuk” dan tegang, namun juga si pewawancara. Ada pewawancara yang kelihatan bingung mau bertanya apa dan sibuk mencari-cari pertanyaan yang tepat. Ada juga yang sepanjang wawancara sibuk membolak-bailk CV kandidat  dan akhirnya sekadar menegaskan apa yang sudah tercantum di dokumen yang ada. Bahkan, ada juga pewawancara yang lebih banyak berbicara sehingga si kandidat terlihat hanya manggut-manggut saja. Kadang kita dengar komentar frustrasi pewawancara: “Saya tidak bisa membedakan mana yang baik, mana yang buruk”. Tak jarang juga kita temukan komentar:“Ah, saya tidak senang menentukan nasib orang…”.

Krusialnya proses wawancara memang menuntut baik pewawancara maupun orang yang diwawancara untuk melakukan persiapan yang matang. Di satu sisi, kita menghadapi kenyataan tenaga yang menganggur di negara kita jumlahnya sangat banyak, sementara di sisi lain perusahaan pun mengeluhkan susahnya menemukan kandidat yang cocok untuk dipekerjakan. Bila saja kandidat dan pewawancara sedikit berupaya lebih keras lagi untuk saling mengerti dan membuka diri, persentase keberhasilan rekrutmen pasti bisa ditingkatkan.

Menerawang jabatan

Dalam situasi interview, tugas seorang pewawancara adalah menerawang kandidat untuk mengetahui apakah yang bersangkutan cocok untuk menduduki jabatan yang dilamar. Tentu saja bukan hanya “terawangan” mengenai kapabilitas kandidat untuk bisa mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sempurna, namun juga sikap apa yang mendukung, tipe kepribadian apa yang cocok, dan ketrampilan khusus apa yang dibutuhkan. Dengan waktu bertemu yang terbatas, yaitu satu jam atau paling lama dua jam, tanggung jawab ini memang tidak ringan.

Kita sering melihat sebuah pekerjaan, katakanlah teller sebuah bank, secara “taken for granted”, alias dipahami oleh siapa saja. Jika kita bertanya pada seorang kandidat: “Anda tahu apa tanggung jawab dalam pekerjaan teller?” Maka dengan segera mereka bisa menjawab: “menerima dan membayarkan uang”. Tetapi kalau pertanyaan diteruskan, “Apakah Anda tahu seberapa lelahnya kerja seorang ‘teller’?”, maka ia pun terdorong berpikir keras mengenai tenaga, intensitas dan kegiatan  seputar pekerjaan tersebut. Dengan pemahaman yang tajam, proses penggalian bisa dilakukan lebih mendalam dan “penerawangan” bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Seorang pewawancara bisa saja sudah sering melakukan interview, namun demi ketepatan proses interview, ia memang dituntut untuk selalu menerawang jabatan yang akan diisi sehingga bisa mempersiapkan pertanyaan yang tajam. Hanya dengan analisa spesifik mengenai jabatan yang akan diisi ini, pembicaraan akan lebih terfokus. Pewawancara pun tinggal mencocokkan pengalaman sukses dan gagal yang dimiliki kandidat dengan tuntutan ketrampilan, pengetahuan, sikap dan kultur perusahaan. Dengan begitu, masing-masing pihak tidak membuang waktu untuk menegaskan spesifikasi pekerjaan pada saat interview.

Menemukan daya tarik
Dalam interview kita akan berhadapan dengan kandidat, satu lawan satu, face to face. Suasana tegang akan terus terpancar, bila pewawancara sudah enggan untuk membangun koneksi dengan si kandidat. Sebagai pewawancara, kita perlu percaya bahwa setiap individu pasti punya keunikan. Bila kita tidak meyakini bahwa tiap individu punya daya tarik, pastinya akan sulit menemukan kandidat-kandidat yang cocok. Betapa seringnya, saya menemukan kandidat potensial justru setelah beberapa waktu kita secara subyektif mencari hal yang menarik dari individunya. Ini bukan berarti bahwa kita meninggalkan objektivitas, namun pendalaman tentang apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, apakah seseorang itu "gampang diatur" atau tidak, bahkan potensi kepemimpinannya, hanya bisa ditemukan bila kita betul-betul mau mendalami seseorang.

Sebaliknya, di pihak kandidat, tidak ada salahnya menampilkan daya tarik, sesuatu yang khas diri sendiri. Bukan berarti bersikap seksi, seduktif, berlebihan, tetapi justru saat seseorang nyaman menjadi dirinya sendiri, maka ia serta merta akan menjadi pribadi yang menarik.

Upaya sadar menghindari “bias”

Manusia memang selalu berasumsi. Demikian pula, manusia memang tidak bisa melupakan pengalaman masa lalunya, baik positif maupun negatif. Mau tidak mau proses interview menggunakan penilaian yang subyektif dari pewawancara. Misalnya, kita menilai seseorang dari suku bangsanya, latar belakang sekolah atau jurusannya, bahkan kemiripan dia dengan seseorang yang kita kenal. Di satu sisi, intuisi kita, bila dilatih dan diasah, bisa jadi senjata yang baik untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan.

Namun sebaliknya, sebagai pewawancara kita pun harus berhati-hati agar tidak terkecoh dengan pengambilan kesimpulan yang tergesa-gesa. Kita harus sadar akan upaya kandidat untuk memenangkan kesan pertama, misalnya dengan memoles diri dengan penampilan yang menarik atau menggunakan kata-kata yang “mengangkat” hati kita. Untuk bisa mendapatkan penilaian yang akurat, kita perlu keluar dari jebakan stereotip dan senantiasa mencari bukti-bukti objektif dan kuat sebelum mengambil kesimpulan tentang diri seseorang.

Mengatasi 10 Perasaan Bersalah Yang Menghinggapi Wanita Berkarir

Perempuan semakin terbuka untuk mengembangkan dirinya. Potensi dan kemampuan kaum hawa juga setara dengan kaum pria. Namun, menurut psikolog Kasandra Putranto, perempuan berkarier memiliki potensi risiko stres. Perempuan cenderung memiliki perasaan bersalah, baik di rumah maupun di kantor, karena posisinya sebagai ibu, istri, dan karyawan membuatnya kesulitan membagi peran. 
Untuk mengenali potensi risiko stres pada perempuan bekerja, Kasandra menyebutkan beberapa masalah umum yang dihadapi.
1. Merasa bersalah di tempat kerja karena pikiran terbagi dengan urusan di rumah.
2. Merasa bersalah di rumah karena tidak optimal menyelesaikan pekerjaan kantor.
3. Merasa bersalah meninggalkan pekerjaan, saat harus membagi waktu dengan urusan keluarga misalnya.
4. Mengurangi kepercayaan diri karena merasa tidak optimal di rumah atau di kantor.
5. Kekurangan waktu untuk diri sendiri karena waktu habis untuk mengurus keluarga dan pekerjaan.
6. Kesulitan untuk berganti peran, membagi waktu kapan harus fokus ke pekerjaan atau keluarga.
7. Membawa pekerjaan saat bersama keluarga.
8. Berjuang keras untuk menyelesaikan semua pekerjaan, menyeimbangkan pekerjaan rumah dan kantor.
9. Dihadapkan pada berbagai masalah dan berusaha mencari solusinya agar beban berkurang.
10. Kehabisan energi yang berpengaruh pada kualitas hubungan dengan pasangan dan juga terhadap diri sendiri.
Menurut Kasandra, masalah di atas dihadapi oleh banyak perempuan berkarier. Masalah inilah yang kemudian memunculkan gangguan psikologis atau emosional dalam diri perempuan. Bentuknya berbeda pada setiap perempuan, dari depresi hingga gangguan kepribadian.   
"Berpikir dan bertindak reaktif atas setiap masalah menjadi pertanda adanya gangguan emosional. Mudah terpancing emosi merespons masalah, misalnya," kata Kasandra di sela peluncuran produk Balancea dari OrangTua Group, beberapa waktu lalu.
Selain dapat melawan gangguan emosi dengan berpikir positif, Kasandra mengatakan kesamaan pengalaman yang dimiliki perempuan juga bisa memunculkan semangat bersama untuk saling berbagi mencari solusi.

6 Alasan Stress Baik Untuk Kinerja Kerja Anda

erlalu banyak stres memang bisa memberikan pengaruh kesehatan yang negatif, seperti penambahan berat badan, atau depresi. Namun, kita terlalu sering berfokus pada cara mengatasi stres dalam pekerjaan, hubungan dengan pasangan, atau dalam keluarga, sehingga akhirnya stres itu rasanya normal saja. Selama kita hidup, kita harus menghadapi stres tersebut.
Namun, bila Anda memandang stres dengan cara berbeda, hal itu sebenarnya akan membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik. Ingin tahu sebabnya? Coba kita simak penjelasan dari beberapa pakar berikut ini.

1. Lebih kreatif. Anda pernah mendengar orang-orang yang merasa bisa bekerja lebih baik ketika berada di bawah tekanan? Umumnya mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kreatif. Menurut Larina Kase, PhD, psikolog di Pennsylvania, dan penulis buku The Confident Leader: How the Most Successful People Go from Effective to Exceptional, hal ini bukan sekadar sugesti.
“Jika pikiran kita benar-benar tenang dan rileks, tidak ada alasan untuk memandang hal-hal secara berbeda. Kita cenderung merasa ada peningkatan stres ketika kita melalui jalan yang baru, karena perubahan sering dikaitkan dengan tekanan yang baru. Output Anda secara kreatif terasa menakutkan karena berbeda untuk Anda, dan Anda tidak tahu bagaimana respons orang lain," katanya.

2. Baik untuk sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita.
“Stres yang datangnya tiba-tiba bisa membantu sistem kekebalan," ujar Mark Goulston, MD, psikiater klinis dan penulis buku Get Out of Your Own Way: Overcoming Self-Defeating Behavior.
Ketika kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam tubuh. Namun meskipun stres membuat tubuh kuat, bersemangat, dan bahkan menyehatkan, terlalu banyak stres juga bisa membuat kortisol berlebihan. Kelebihan hormon stres bisa menyebabkan obesitas pada perut. "Obesitas di bagian tengah ini sering dihubungkan dengan pengembangan penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit otak," kata Goulston.

3. Bikin tubuh prima. Angkat beban, lari, atau bersepeda statis selama 45 menit adalah bentuk stres pada tubuh. Namun, jenis stres yang baik, demikian pendapat Jessica Matthews, MS, personal trainer yang juga koordinator pendidikan untuk American Council on Exercise (ACE).
“Stres yang dihasilkan dari olahraga tingkat sedang cukup sehat, dan memberikan beberapa efek positif," katanya. “Dari perspektif fisiologis, tuntutan yang dibebankan pada tubuh selama latihan membantunya menjadi lebih efisien dalam menyelesaikan aktivitas harian."
Latihan teratur juga mampu mengurangi tingkat hormon stres dalam tubuh, dan secara bersamaan meningkatkan tingkat endorfin, sehingga menciptakan sensasi yang nyaman. Penelitian juga membuktikan bahwa latihan itu sendiri bisa membuat kita tahan terhadap stres.

4. Mampu memecahkan masalah. Ketika dihadapkan pada dilema, atau harus membuat keputusan besar, stres berperan menerangi nilai-nilai kita. Dr Kase menyarankan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh stres itu pada kita.
"Penelitian menunjukkan bahwa ktia cenderung paling bahagian ketika menggunakan keberanian kita," katanya. Namun khawatir secara berlebihan kadang-kadang bisa menjadi senjata makan tuan. “Akan sulit mendengar intuisi Anda ketika Anda berada dalam siklus kekhawatiran dan stres, jadi beri waktu untuk berpikir. Jalan-jalan dulu, tidur yang nyenyak, atau makan bareng."

5. Membuat anak merasa aman. Menurut para ahli, ibu yang merasa stres cenderung akan lebih melindungi anaknya. Misalnya, ketika sedang ramai berita penculikan anak, tentu Anda akan memberikan pengawasan lebih untuk anak Anda, bukan?
Penelitian dari Johns Hopkins University menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang menunjukkan peningkatan hormon kortisol selama kehamilan akan lebih berkembang dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak begitu tertekan. Namun, tentu saja, ibu yang terlalu stres juga tidak akan memberikan pengaruh baik untuk anaknya. Sedikit stres tentu normal dan alami.
"Bila stres bisa meningkatkan kewaspadaan Anda, itu lebih baik," ungkap Dr Goulston. Tetapi, hati-hati juga jangan sampai Anda terlalu waspada, karena bisa menyebabkan Anda rapuh dan kaku. Hal ini disebut-sebut bisa menyebabkan perilaku impulsif.

6. Kenaikan gaji. Tekanan terlalu berat dalam pekerjaan tentu tidak sehat. Namun jenis stres yang membuat Anda tegar dalam lingkungan profesional bisa memberikan pengaruh baik bagi karier Anda.
“Tingkat stres dan kegelisahan akan membuat Anda tetap berenergi, fokus, dan termotivasi," ujar Dr Kase. “Tanpa stres yang cukup, Anda mungkin tak akan memberikan upaya maksimal, dan Anda cenderung membuat kesalahan. Ketika Anda terlalu nyaman, hal itu akan menjadi tanda bahwa Anda tidak mendorong diri Anda keluar dari zona nyaman, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mengembangkan karier Anda, seperti melakukan marketing atas diri Anda, atau meminta promosi."
Sekali lagi, terlalu stres juga tidak akan baik. Anda bisa mengurangi kemampuan untuk melihat solusi yang inovatif, dan menguras energi dan efisiensi.

5 Kekuatan Mental Yang Harus Dimiliki Untuk Memulai Bisnis

emangat pantang menyerah dengan mental kuat dibutuhkan dalam merintis wirausaha. Seperti semangat prajurit spartan yang berpegang teguh mengejar misinya untuk menguasai dunia.

Analogi ini diberikan pengusaha mode yang juga model era '80-an, Dhanny Dahlan, dalam lokakarya wirausaha bagi perempuan yang diadakan oleh Indonesia Business Link beberapa waktu lalu.

Pengalamannya membangun bisnis garmen, serta asuhan orangtua yang tegas namun penuh keterbukaan, membekali Dhanny untuk melambungkan bisnis mode sejak 1982. Krisis ekonomi 1998 yang melumpuhkan bisnisnya di bidang pakaian jadi, tak lantas meluruhkan semangatnya.

Sejak 1998, bisnis dengan brand Dhanny Dahlan Collection di bawah PT Tri Asih Lestari ini kemudian berkembang dengan divisi pakaian seragam dan perorangan. Klien besarnya datang dari kalangan perbankan, travel, dan airlines. Mereka mempercayakan desain baju dan motif, serta produksi busana, pada perempuan yang dikenal tegas oleh karyawannya ini.

Dhanny berbagi tentang membangun kekuatan mental yang diperlukan pebisnis, baik pemula maupun yang tengah merintis bisnisnya:

1.Berani dengan perubahan

Memutuskan untuk menjadi pebisnis memang membutuhkan waktu untuk meyakinkan diri sendiri. Namun modal penting bagi wirausahawan adalah keberanian melakukan perubahan, terutama terhadap diri sendiri. Mengubah kebiasaan dari pegawai menjadi bos kecil atas usaha yang tengah dibangun, serta menjadi pribadi yang terbuka, menjadi kunci untuk menjalankan perubahan.

2.Berani menguji adrenalin

Bisnis penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Adrenalin teruji ketika menjalankan bisnis, termasuk saat menghadapi berbagai kesempatan. Bahkan adrenalin perlu dengan sengaja diuji dengan melakukan inovasi bisnis yang membuka peluang baru, tentu dengan memperhitungkan risikonya. Kekuatan menjalani berbagai peluang dan risiko inilah yang menguji mental pebisnis.

3.Hindari penyesalan

Dalam berbisnis dibutuhkan waktu untuk melihat apakah pilihan usaha bisa berhasil, cocok atau tidak. Jika ternyata gagal, jangan pernah menyesal dan menjadi rendah diri. Sikap ini hanya akan menggerogoti mental. Namun mental semakin terasah jika penyesalan tidak pernah ada dalam kehidupan Anda sebagai pebisnis.

4.Positif dan realistis menghadapi kegagalan

Menghadapi kegagalan bisa dengan dua cara, kata Dhanny. Sebelum membuat keputusan, beri waktu 1-2 bulan untuk membuat emosi lebih stabil. Lalu buat keputusan apakah memulai kembali bisnis yang sama atau menjadikannya kenangan, dan maju lagi dengan hal yang berbeda. Di sinilah pebisnis perlu mengukur kemampuan diri, belajar dari pengalaman sebelumnya.

"Realistis dalam menjalani bisnis juga penting. Jika ternyata usaha gagal, dan memutuskan kembali ke dunia kerja sebagai karyawan, lakoni saja, follow the flow. Namun beri deadline, kapan waktunya untuk memulai bisnis kembali, pertimbangkan usia dan gunakan juga insting untuk melihat peluang lebih baik," papar Dhanny.

5.Membangun diri, bukan melawannya
Wajar jika Anda merasa sedih jika mengalami kegagalan menjalankan bisnis. Bisnis juga mengalami pasang-surut. Emosi yang dialami jangan dilawan, namun lakoni saja keadaannya. Cari teman bicara yang menurut Anda bisa membantu keluar dari masalah. Apakah dengan guru spiritual, psikolog, atau teman dekat siapapun yang Anda percaya mampu membangun diri. Atasi masalah dan mulai kembali membangun diri dan bisnis baru sesuai takaran kemampuan Anda.

8 Alasan Lamaran Anda Tidak Diterima

Pewawancara akan selalu meneliti pelamar dari surat lamarannya, cara menjawab panggilan telepon, dan saat wawancara. Jangan sampai upaya Anda untuk mendapatkan pekerjaan incaran hilang. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda hindari:


1. Data tak akurat dan tidak lengkap
Data Anda untuk dihubungi harus dipastikan tepat dan lengkap. Jika pewawancara sulit menghubungi Anda begitu ia berminat, kesempatan Anda bisa lewat begitu saja. 
2.Selang waktu menganggur
jika selang waktu antara masa kerja sebelumnya cukup lama, Anda harus siap memberikan alasan yang cukup kuat dan valid. Akan lebih baik jika saat selang waktu menganggur tersebut diisi dengan kegiatan yang memperkaya pengalaman atau pengetahuan diri Anda. 
3.Alasan samar-samar
Berikan pandangan positif dan rinci, mengapa Anda meninggalkan pekerjaan terdahulu. Bila jawabannya tak jelas, pewawancara akan segera mencoret nama Anda. 
4.Jawaban tak konsisten
Jika pertanyaan yang sama diajukan berulang dengan cara berbeda, berilah jawaban yang sama dan konsisten. 
5.Harapan tak realistis
Apakah Anda tertarik perjalanan bisnis, gaji besar, atau harapan lain yang tak realistis? Bila ya, bisa berbahaya. Yang penting, persiapkan diri, tunjukkan niat bekerja dan jumlah gaji yang realistis.
6.Kurang persiapan
Jadi, persiapkan diri dan cari tahu latar belakang perusahaan yang akan didatangi, dan kembangkan pertanyaan yang mungkin dihadapi. Berikan kesan positif dan perlihatkan kesungguhan Anda.
7.Tak ada target karier dan hidup
Bagaimana dan akan di mana Anda dalam 2-5 tahun mendatang? Anda harus punya target yang jelas tentang kehidupan pribadi dan karier Anda. Hal ini menunjukkan, perhatian Anda fokus dan punya arah karier spesifik. 
8.Sikap negatif atau membangkang
Perlihatkan sikap mental positif. Tersenyum, jabat tangan erat, dan kontak mata. Bila memberi reaksi negatif atar pertanyaan yang diajukan, Anda pasti gagal. Jika pewawancara memberi informasi negatif, jangan bereaksi. Cukup catat dan bahas kemudian.

6 Alasan Keinginan Pindah Kerja

Tak ada suatu hal pun di dunia ini yang sempurna. Kita semua tahu itu. Setiap hal pasti ada positif dan negatifnya. Begitu pun tentang pekerjaan. Ketika seseorang mendiskusikan tentang kantor atau perusahaan tempatnya bekerja, kata "benci", "kecewa", dan setipenya seringkali terlontar. Padahal, asal diketahui, label semacam itu adalah label yang sangat kuat. 
Seseorang bisa membenci pekerjaannya karena banyak alasan. Jika Anda mendapati diri Anda mengeluhkan tentang pekerjaan, cobalah berhenti sejenak dan tanyakan lagi kepada diri Anda, apakah Anda benar-benar membenci pekerjaannya atau ada yang bisa Anda lakukan untuk memperbaikinya tapi belum terlaksana?
Berikut adalah 6 alasan umum yang membuat seseorang bisa melontarkan kata "benci" kepada pekerjaannya dan tawaran solusi yang bisa membantu meredakannya.

"Saya terlalu (brilian, berpengalaman, inovatif) untuk bekerja di sini"
Anda merasa diri Anda memiliki kualitas bagus, namun tempat kerja Anda ini kurang bisa jadi saluran yang tepat untuk kemampuan Anda. Jika Anda memang bisa melakukan pekerjaan yang lebih menantang atau memiliki tanggung jawab lebih, jangan berhenti mencarinya. Di lain pihak, jangan sampai hal itu menyurutkan upaya terbaik Anda untuk melakukan hal yang terbaik, karena Anda masih butuh rekomendasi dan jangan sampai mendapatkan surat pemecatan. Cobalah untuk menawarkan diri untuk melakukan tugas di luar tanggung jawab Anda yang sekarang agar bisa sekaligus menambah resume pada surat lamaran kerja Anda. Plus, waktu Anda di perusahaan akan lebih cepat berlalu jika Anda mulai mencoba melakukan hal di luar rutinitas.

"Tak ada yang menganggap saya penting"
Jika bakat, upaya, dan waktu Anda tersia-sia, Anda berhak untuk sebuah perubahan. Jika Anda memiliki kesempatan untuk bicara empat mata dengan bos Anda, entah itu untuk evaluasi hasil kerja atau sebuah diskusi yang terencana, cobalah jelaskan bahwa Anda khawatir Anda tak bisa menjalankan pekerjaan lebih baik di perusahaan di samping prestasi yang bisa Anda lakukan, lalu berikan contoh hasil kontribusi Anda. Ketika Anda membingkai isu sebagai masalah profesional, ilustrasikan pula bagaimana perusahaan bisa melihat bahwa apa yang Anda kerjakan itu cukup penting, asal tetap buat pembicaraan berkisar pada topik untuk pengembangan perusahaan, ketimbang keluhan Anda. Tak ada perusahaan yang mengeluarkan promosi atau kenaikan gaji hanya karena mereka pikir sudah waktunya. Perusahaan merespon pada hasil, bukan berdasarkan kalender.

"Untuk titel ini, gajinya di bawah standar"
Hal ini bisa berarti Anda tak sabar untuk mendapatkan kenaikan gaji. Pertama-tama, adalah hal yang lumrah untuk seseorang berpikir bahwa ia tidak memiliki gaji yang cukup. Untuk bisa mengetahui apakah hasil kerja Anda selama ini sudah diganjar dengan pendapatan yang pas dengan hasil yang didapat orang di luar perusahaan ini yang memiliki titel dan jabatan yang sama? Cari tahu, jika memang benar gaji Anda di bawah standar, cobalah untuk mendiskusikan kembali hal ini kepada atasan Anda. Tapi ingat, tak semua perusahaan memiliki dana cukup untuk membayar tenaga-tenaga kerjanya sesuai standar. Andalah yang bisa mengukur antara kesetiaan, kebutuhan, dan kepuasan kerja.

"Saya sudah tak peduli"
Apakah Anda benar-benar menyukai pekerjaan yang Anda lakukan ini? Jika Anda melakoni profesi yang sekarang hanya karena bisa membayar tagihan bulanan, bisa jadi Anda tak benar-benar menyukainya. Namun, jika Anda mengambil pekerjaan ini karena nilai lain yang terkandung, misal, kemungkinan untuk mengasah bakat, belajar hal baru, berinteraksi dengan banyak orang, maka kemungkinan Anda perlu mengingatkan diri Anda akan hal-hal tersebut. Apakah posisi lain di perusahaan yang sama atau di tempat lain bisa memenuhi kebutuhan Anda dalam cara yang berbeda dari perusahaan ini? Jika Anda tahu bahwa ada kesempatan lain yang lebih cocok untuk Anda, carilah kesempatan itu. Jika Anda sudah tiba di titik comfort zone, pekerjaan Anda akan cenderung menurun, atasan Anda tidak senang, dan Anda hanya menghabiskan waktu diri sendiri, juga perusahaan.

"Saya benci si bos"
Anda dan si bos mesti bertemu di tengah. Berhadapan dengan bos adalah untuk mengetahui apa yang bisa Anda ubah dan mengetahui apa yang adalah hal permanen. Misal, seorang mikromanager bisa jadi lebih reseptif kepada kebutuhan Anda untuk sebuah kebebasan jika Anda duduk bersamanya dan membicarakan hal tersebut. Namun Anda tak bisa berekspektasi seseorang akan berubah 180 derajat hanya untuk memuaskan kemauan Anda. Sadarilah bahwa beberapa tipe manager akan mau mendengarkan Anda dan mengubah suasana kantor untuk menciptakan suasana yang lebih baik. Sebagian lainnya tak bisa mengubah gaya mereka seperti Anda sulit mengubah kebiasaan Anda. Karenanya, Anda harus menghitung dan memperkirakan kompromi semacam apa yang bisa Anda lakukan. Jika si bos tak pernah bisa menemukan titik tengah dengan Anda, maka sudah saatnya Anda mencari pekerjaan lain.

"Saya benci rekan kerja yang ada"
Kultur perusahaan membuat Anda gerah? Ketidakakraban dengan rekan kerja adalah masalah yang serupa masalah dengan bos. Untuk hal ini, Anda harus mau mencoba mengalah sedikit. Kadang, obrolan ringan sekilas saja bisa meredakan ketegangan, namun, ada waktu-waktu tertentu perbedaan tidak bisa ditengahi. Jika Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda bisa mencoba melepaskan diri dari situasi rekan kerja yang menyebabkan Anda stres. Mungkin masalahnya bukan karena mereka yang berubah, tapi karena Anda yang sudah bertumbuh, dan hal-hal yang biasa Anda lakukan bersama teman-teman sekarang menjadi kegiatan yang menjemukan. Terimalah fakta bahwa bisa jadi Anda yang berubah dan menjauh dari teman-teman kerja, lalu putuskan apa yang bisa Anda lakukan untuk menghadapinya

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...