”Tak ada sesuatu yang abadi, selain perubahan itu sendiri,” kata Heraclitus, filsuf Yunani yang hidup antara tahun 535-475 Sebelum Masehi. Kalimat ini tentu tak diragukan kebenarannya, karena kita sendiri bisa merasakan betapa kehidupan sangat dinamis; terus berubah, tanpa bisa kita prediksi
Lihat saja, seekor ulat, yang membuat kita merasa takut atau jijik, dalam perjalanan hidupnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dengan sayapnya yang indah mengagumkan. Atau, sebutir biji kecil, beberapa tahun kemudian berubah menjadi pohon besar yang kokoh.
Meski begitu, perubahan tak selalu berarti positif. Kondisi ekonomi dunia yang sedang terpuruk saat ini misalnya, membuat banyak orang yang sebelumnya hidup berkecukupan, mengalami masalah finansial akibat pemutusan hubungan kerja atau kebangkrutan usaha.
- Takut akan sesuatu yang belum terjadi
Salah satu hal yang paling ditakutkan orang saat akan berubah adalah adanya ketidakpastian. Ketakutan ini ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan dalam diri sendiri: Bagaimana kalau aku gagal? Bagaimana kalau aku salah? Atau bagaimana kalau situasinya lebih buruk dari sekarang? - Lupa bahwa kita selalu punya pilihan.
Ketika ketakutan akan ketidakpastian masa depan memenuhi benak, maka biasanya kita pun akan kesulitan melihat berbagai kemungkinan di sekitar kita. Akibatnya, kita merasa hanya ada satu pilihan, dan biasanya itu bukanlah pilihan yang menguntungkan. - Merasa sendirian
Hal lain yang juga menghambat kita untuk berubah adalah di saat menghadapi situasi yang sulit kita cenderung merasa terisolasi, merasa seolah menjadi satu-satunya orang di dunia ini yang akan menanggung beban atas keputusan yang kita buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar