Tampilkan postingan dengan label negosiasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label negosiasi. Tampilkan semua postingan

20 November 2010

Cara Resign Yang Elegan

Mendapat pekerjaan baru, atau apa pun alasan Anda untuk resign, tak boleh bikin Anda lupa etika di hari terakhir kerja.
Bereskan tugas. Pastikan seluruh tanggung jawab sudah dibereskan. Rapikan semua fileuntuk diberikan ke sekretaris perusahaan, atau langsung diserahkan pada pengganti Anda. Jangan sampai ada pekerjaan yang belum selesai dan Anda menjadi bahan omongan di kemudian hari.
Meja yang rapi. Masih ingat kondisi meja di hari pertama kerja? Ya, buang kertas yang tidak terpakai, hapus semua data pribadi Anda dari komputer, dan jangan lupa rapikan isi laci. Meja meninggalkan impresi tentang Anda, lho. Tak mau kan, diingat sebagai wanita jorok?
Farewell email. Ucapkan terima kasih sembari berpamitan ke semua rekan kerja. Jika atmosfer kantor Anda memang “friendly”, Anda boleh kok menyelipkan cerita pengalaman baik yang sudah didapatkan selama bekerja. Jangan lupa sertakan kontak terbaru Anda (nomor hp dan email) untuk menjaga hubungan baik.

Tingkatkan Performa Kerja dengan Team Work

Memang, load kerja akan terasa semakin ringan jika diselesaikan secara tim. Tapi ada beberapa hal yang tak boleh Anda hiraukan dalam teamwork, yakni kemampuan untuk bisa menyatukan isi kepala tiap individu di dalamnya. Itulah mengapa aroma persaingan unjuk kemampuan sering terjadi. Bisa fatal akibatnya, jika kebiasaan ini tak juga berubah. Nah, anggaplah ini sebagai tantangan unjuk profesionalitas Anda.
Sebenarnya yang perlu Anda dan anggota tim lakukan adalah berpikir objektif, sehingga tak ada yang memandang hasil kerja Anda dengan sebelah mata. Dengan begitu, potensi yang dimiliki masing-masing individu bisa terlihat jelas dan target yang telah disusun pun bisa sukses tercapai. Terbukti benar apa yang dikatakan Pat Riley, “Great teamwork is the only way we create the breakthroughs that define out careers.”

1 September 2010

Cara Menyampaikan Kritik dan Tetap Disayang

Rina Putri (28 tahun), seorang sekretaris di perusahaan swasta mengaku kesal pada pimpinannya. ”Dia mengkritik pekerjaan saya, seolah-olah saya ini anak TK, yang enggak tahu apa-apa! Padahal, selama ini kan saya juga yang mengerjakan itu semua,” katanya sambil bersungut-sungut. Rina tentu bukanlah satu-satunya orang yang merasa terganggu ketika dikritik. Mungkin, Anda pun pernah mengalaminya.
Tentu, kondisi seperti ini tidak diharapkan, karena tujuan memberi kritik sebenarnya adalah untuk kebaikan. Seperti yang disampaikan oleh Dra Sulis Mariyanti, Psi, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta, ”Kritik itu intinya menilai, memberikan feedback, dengan harapan agar segala sesuatu menjadi lebih baik.”
Kalau tujuan kritik sebenarnya adalah untuk memperbaiki, mengapa seringkali justru berefek sebaliknya - membuat orang merasa tidak berharga, direndahkan, dan akhirnya menimbulkan perasaan dendam? 

Kritik bisa menjadi racun
Kritik yang berakibat negatif, oleh Tereza Dietze dalam tulisannya yang berjudul ”Using Criticism as a Positive”, disebut sebagai kritik yang merusak (destructive criticsm). Kritik jenis ini biasanya ditandai oleh rusaknya hubungan baik antara pemberi dan penerima kritik. Bahkan bisa memperburuk segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang kita kritik. ”Energi yang ada di balik kritik yang merusak sama seperti racun,” kata Dietze, seorang fasilitator terapi kesehatan holistik di Seattle (www. beingtotal.com).
Kritik semacam ini biasanya hanya menyoroti kesalahan seseorang sehingga yang mucul adalah reaksi defensif. Akibatnya, kritik tidak memberikan perubahan yang positif, tapi justru menimbulkan rasa dendam terhadap pemberi kritik, seperti yang dialami Putri. 
Karena itu, Mariyanti mengingatkan bahwa ketika kita mengkritik seseorang, yang pertama kali harus diungkapkan adalah sisi positif orang tersebut. ”Jangan hanya membesar-besarkan kesalahan. Semua orang kan punya sisi positif,” Mariyanti mengingatkan.

Ditambahkan, jika orang yang ingin kita kritik merasa bahwa hal-hal baik yang telah dikerjakan sebelumnya dihargai, maka ia akan lebih mudah menerima komentar atas sesuatu yang tidak dikerjakannya dengan baik.
Kritik juga bisa merusak jika disampaikan pada waktu yang tidak tepat. ”Kalau orang yang ingin kita kritik sedang menghadapi banyak masalah, mood-nya pasti juga sedang tidak baik. Kritik yang kita berikan pasti juga tidak akan efektif,” kata Mariyanti.
Karena itu, Mariyanti menyarankan untuk memberi jeda waktu setelah terjadi sebuah kesalahan. ”Memang, jika berhubungan dengan target waktu yang singkat, kritik harus diberikan segera. Tapi sebaiknya pastikan dulu orang yang akan kita kritik bisa bersikap netral terhadap kritik yang kita berikan dan tidak dipengaruhi oleh mood negatif dalam dirinya.”

Selain itu, Mariyanti juga dengan tegas mengatakan bahwa kritik tidak boleh diarahkan pada masalah personal – baik/buruk kepribadiannya, misalnya – dan lebih difokuskan pada masalah atau tindakan yang hendak diperbaiki

28 Agustus 2010

Cara Bernegosiasi Yang Baik

Mengetahui cara bernegosiasi yang benar seringkali sangat menguntungkan posisi kita di dunia karier. Negosiasi soal posisi yang ditawarkan, misalnya. Atau negosiasi soal kenaikan gaji. Masalahnya, tak banyak yang tahu dan mau bernegosiasi.

Kunci pertama bernegosiasi adalah menjadi diri sendiri. Pilihlah cara negosiasi yang membuat Anda nyaman sekaligus mampu merefleksikan siapa diri Anda yang sebenarnya. Mencoba meniru gaya negosiasi orang lain justru akan menunjukkan bahwa Anda lemah dan tak punya rasa percaya diri.

Coba cari tahu apa kekuatan dan kelemahan Anda, dan lihat bagaimana orang-orang bereaksi terhadap kekuatan dan kelemahan itu. Cara ini akan membantu Anda menonjolkan kekuatan dan menyingkirkan kelemahan Anda. Ini juga akan membantu Anda mengenali kekurangan Anda, misalnya soal kurangnya kesabaran, yang justru sangat diperlukan di saat-saat tertentu.

Wanita juga sangat jarang melakukan negosiasi. Mereka biasanya akan menerima begitu saja tawaran atau sebaliknya, menolak tawaran itu. Kebanyakan mereka tak sadar bahwa bernegosiasi itu sah-sah saja kok. Jika Anda tak mengutarakan keinginan Anda, bagaimana Anda bisa meraihnya?

Salah satu alasan kenapa wanita enggan bertanya soal tawaran atau soal lain yang berkaitan dengan karier adalah karena takut merusak hubungan dengan pihak lain. Ingat, jangan remehkan kekuatan bertanya. Memang, Anda tak selalu memperoleh apa yang Anda inginkan, sekalipun sudah ngotot bertanya. Tapi, jika pertanyaan Anda tepat, maka sangat jarang Anda pulang dengan tangan hampa.

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...