Tampilkan postingan dengan label manager. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manager. Tampilkan semua postingan

12 Desember 2010

Cara Mengatasi Karier yang Mentok


Anda merasa sudah tak bisa lagi menapak jenjang karier yang lebih tinggi di kantor? Jangan khawatir, lakukan saja beberapa saran berikut!
Anda tahu lagu yang populer dibawakan oleh duo Maia and Friend, berjudulEmang Gue Pikirin ? Jangan terburu-buru menyanyikan sepenggal syair lagu itu, yang berarti jangan ambil pusing, jika Anda mengalami situasi kerja yang stagnan, alias sulit melangkah ke jenjang karier yang lebih tinggi lagi.
Karena, untuk urusan yang satu ini sedikit berbeda tentunya. Memang, banyak di antara kita sering dibuat pusing dengan kondisi karier yang mentok. Apalagi, dengan kenaikan harga BBM yang membuat semua harga ikut melonjak, sementara gaji Anda tak mengalami pertambahan secara signifikan. Nah, ujung-ujungnya Anda sibuk menerka-nerka, mengapa ya, kok sudah lama bekerja di perusahaan ini, promosi tak kunjung menghampiri Anda?
Seringkali, karena terlalu dipusingkan dengan hal ini, Anda jadi tak sempat memerhatikan hal-hal lainnya lagi, di luar masalah karier Anda tadi. Anda cenderung terlena dan terbawa suasana kantor, yang tampaknya makin tak kondusif lagi bagi perkembangan diri Anda. Padahal, Anda adalah manusia bebas. Bebas diciptakan untuk mengubah dan menentukan nasib sendiri. Anda pun berhak mengembangkan diri sepenuhnya.
Jadi, daripada pusing menduga-duga tak jelas, berikut ini ada beberapa tips yanga dapat Anda lakukan agar tak terjebak dalam status quo karier yang mentok:
TERBANGLAH SETINGGI RAJAWALI 
Karier yang mentok tidak berarti kehidupan Anda akan berakhir. Bangkit dan terbanglah setinggi mungkin karena Anda diciptakan unik dan spesial. Temukan apa yang Anda cintai, misalnya menulis. Jadi, ketika karier mentok, keghiatan menulis akan menjadi ajang eksistensi kemampuan diri, yang tak terbatas hanya pada urusan karier di kantor saja. Siapa tahu, di kemudian hari Anda justru dapat menghasilkan sebuah buku.
PINDAH KERJA? PIKIR 1000 KALI! 
Ketika dedikasi dan sumbangsih Anda yang maksimal kepada perusahaan tak kunjung membuahkan hasil, mungkin banyak dari Anda akan berfikir, mengapa tak pindah kerja saja. Hengkang dari perusahaan memang jalan singkat yang tampaknya akan menyenangkan.
Namun, sebaiknya Anda berfikir 1000 kali sebelum terbakar emosi. Apakah ditempat yang baru Anda akan mendapatkan jaminan peningkatan karier? Atau, mendapat peningkatan pendapatan? Jangan sampai, hanya karena emosi, justru Anda salah melangkah dalam menentukan strategi berkarier.
Jadi, jika diri Anda masih merasa tak berguna karena karier yang mentok, jangan berdiam diri saja. Sekali lagi, segera bangkit, melangkah, dan melihat ke dalam diri. Eksplorasi semua kemampuan diri Anda secara total. Selamat mencoba!

21 November 2010

Bersihkah Tempat Kerja Anda?


Rata-rata karyawan kurang menjaga kebersihan ruangan atau meja kerjanya. Padahal, justru dari ruangan serta meja kerja yang kotorlah kita mudah terserang penyakit. Ruangan serta tempat kerja yang kotor mengandung bakteri yang membahayakan kesehatan kita.
Di antara perabot di meja kerja yang mudah sekali menjadi sarang bakteri adalah telepon. Penelitian membuktikan bahwa kuman pada pesawat telepon jauh lebih banyak daripada kuman yang terdapat pada meja kerja. Bayangkan!
Nah, apakah ruang kerja Anda kotor dan berantakan? Untuk mengetahuinya, jawablah kuis berikut ini:
1. Apa komentar rekan sekerja mengenai tempat kerja Anda? 
a. Bersih dan rapi.
b. Agak berantakan tetapi tidak sampai mengeluarkan bau menyengat.
c. Sangat berantakan. Rekan sekerja tidak akan menghampiri meja saya bila tidak terpaksa.
2. Seberapa banyak noda yang ada pada karpet ataupun kursi Anda? 
a. Tidak ada.
b. Satu atau dua; sangat sulit untuk menghilangkannya.
c. Sulit dikatakan; noda-noda sudah seperti corak karpet atau motif pada kursi saya.
3. Seberapa sering Anda membersihkan keyboard Anda? 
a. Paling tidak dua kali sebulan; saya menggunakan lap khusus untuk membersihkan keyboard sampai kebagian dalamnya.
b. Setiap saat saya membersihkannya, luar dan dalam.
c. Hanya bila terkena tumpahan kopi.
4. Apakah Anda makan di meja kerja? 
a. Tidak, kecuali bila terpaksa.
b. Ya, makan siang --- tiga atau empat kali seminggu.
c. Sarapan, makan siang, makan malam, dan ngemil! Tempat kerja saya merupakan rumah kedua bagi saya.
5. Seberapa sering dan lama Anda mencuci tangan saat jam kerja? 
a. Sebelum dan sesudah makan, sesudah ke toilet dan sesudah menyentuh apa saja yang tampak kotor. Selama musim flu, saya memberikan perhatian khusus untuk mencuci tangan sesudah menyentuh peralatan, tombol dan gagang pintu di daerah yang umum dan sesudah bersalaman. Dan saya menyabuni tangan paling tidak selama 15 detik sebelum membilasnya.
b. Sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet, saya mencucinya dengan cepat.
c. Terlalu sibuk dan saya tidak peduli - tetapi saya mengambil permen dan donat pada saat kembali dari toilet.
6. Apakah meja kerja Anda dekat dengan jendela? 
a. Ya, dan setiap pagi saya tinggal membuka jendela agar udara segar masuk.
b. Ya, tetapi saya hanya membukanya sekali-sekali.
c. Tidak, tetapi tempat kerja saya dekat dengan pantry dan dekat dengan meja rekan sekerja yang selalu tersedia permen.
7. Ada berapa banyak tanaman hidup di tempat kerja Anda? 
a. Dua atau lebih.
b. Satu.
c. Tidak ada, kecuali pajangan yang sudah bulukan.
8. Selain untuk bekerja, Anda gunakan untuk keperluan apakah meja kerja Anda? 
a. Untuk meletakkan segelas air atau minuman lainnya.
b. Sebagai meja untuk makan siang atau cemilan dan selebihnya untuk tas kerja saya.
c. Untuk menopang kaki, tempat menempelkan permen karet dan untuk manicure.
9. Kapan terakhir kali Anda membersihkan meja kerja? 
a. Setiap minggu saya membersihkannya dengan lap desinfektan atau dengan sabun.
b. Saya membersihkannya tiga atau empat kali dalam satu tahun.
c. Tidak pernah. Meja saya lengket.
Jawaban 
Paling banyak C: 
Ganti meja kerja Anda. Anda bekerja di tempat yang sangat kotor! Sadarlah, dan perhatikan kesehatan Anda serta kesan profesionalitas Anda. Perbaiki kebiasaan buruk Anda!
Paling banyak B: 
Kebersihan Anda termasuk kategori sedang. Dan sekarang setelah Anda tahu betapa pentingnya tempat kerja yang bersih bagi kesehatan Anda, sudah saatnya untuk lebih bersih. Anda pasti dapat melakukannya!
Paling banyak A: 
Selamat! Anda merupakan ahli pengelola kebersihan. Terima kasih telah membuat kantor menjadi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

8 Kiat Tetap Semangat Saat Jam Kerja


Kerap merasa lesu dan cepat lelah saat jam-jam kerja? Ikuti petunjuk sederhana berikut. Anda pun akan senantiasa merasa bersemangat dan penuh gairah di tempat kerja.
1. Minum air putih 
Tahukah Anda, dehidrasi membuat seseorang menjadi lemas? Jadi, pastikan Anda meminum air putih yang banyak selama jam kerja. Penelitian terbaru menunjukkan, Anda tidak harus minum air putih sebanyak 8 gelas dalam sehari tetapi yang penting Anda minum air putih yang cukup. Artinya, mengonsumsi air putih pada saat Anda haus dan ditambah dengan beberapa gelas.
Ganti kebiasaan minuman soda atau jus dengan minum air putih. Satu solusi yang mudah adalah dengan menyediakan air putih dalam termos berukuran kurang lebih satu liter di meja Anda dan isi ulang setiap kali isi termos mulai
berkurang.
2. Makan cemilan yang sehat 
Untuk cemilan sebaiknya hindari makan cokelat. Lebih sehat jika Anda menyantap makanan yang sehat seperti buah apel, yogurt berkadar lemak rendah, roti bakar dengan selai kacang, atau selalu menyimpan almon dan kismis di dalam toples. Makanan kecil yang kaya mineral ini dapat membuat Anda tetap bersemangat sampai jam pulang kantor.
3. Hindari makan makanan berat dan minuman alkohol 
Makan makanan yang enak ditambah hidangan penutup yang sedap dan secangkir kopi atau teh pada saat jam makan siang, apalagi bila ditraktir atau dengan biaya kantor, siapa pun akan susah menolaknya. Tetapi tertidur di meja kerja sangatlah tidak pantas. Di hari kerja, pada jam makan siang, sebaiknya Anda memilih makanan yang tidak berat seperti salad dan sesudahnya cukup minum segelas air putih agar Anda tidak mengantuk dan tetap segar sampai sore hari.
Sebagai makanan penutup sebaiknya cukup minum teh herbal. Gula dan kafein memengaruhi suasana hati dan mengurangi semangat tepat pada saat Anda harus bekerja dengan produktif.
4. Jangan diam di tempat 
Sekali-sekali gerakkan badan dengan berjalan cepat. Tinggalkan meja Anda, jalan berkeliling kantor untuk beberapa menit dan kembali lagi bekerja. Tidak lebih dari 10 menit, kok, waktu yang diperlukan untuk membuat Anda segar kembali.
5. Lemaskan tulang belakang 
Langkah 1: silangkan kaki kanan ke kaki kiri dan letakkan tangan kiri pada bagian atas paha.
Langkah 2: putar bagian atas tubuh Anda dengan pelan ke arah kanan dan tempatkan tangan kanan di belakang punggung Anda.
Langkah 3: Tahan beberapa menit sambil menarik napas yang dalam.
Langkah 4: Lakukan dengan posisi sebaliknya dan ulangi beberapa kali.
6. Duduk tegak 
Langkah 1: duduk tegap dan tekan kedua kaki ke lantai.
Langkah 2: angkat kedua belah tangan keatas dan kedua telapak tangan saling menggenggam erat.
Langkah 3: bila leher Anda sedang tidak dalam keadaan sakit, jatuhkan kepala ke belakang dan mata tertuju pada ibu jari. Pastikan posisi kedua belah tangan tidak berada di samping telinga, dengan menarik dengan pelan bahu agak ke belakang.
Langkah 4: tetap pada posisi ini, tutup mata, dan tarik napas yang dalam lalu buang napas melalui hidung dalam 5 hitungan.
Langkah 5: sesudah 5 hitungan, lepaskan tangan ke bawah perlahan-lahan ke samping tubuh dan buka mata Anda.
7. Jangan menunda 
Menunda pekerjaan dengan melakukannya pada detik-detik terakhir hanya akan menambah stres Anda. Dengan mengerjakan tugas dan dapat menyelesaikannya sebelum deadline, akan mengurangi stres dan justru akan membuat Anda semakin termotivasi. Ditambah lagi, dengan menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline dengan hasil yang baik, Anda pasti akan mendapat pujian dari atasan.
8. Persingkat daftar tugas 
Perpendek daftar tugas dengan cara memilah paling tidak 3 daftar tugas yang paling prioritas dan setiap kali Anda sudah menyelesaikan ketiga tugas yang prioritas tadi, tuliskan lagi tiga daftar tugas prioritas yang lain, begitu seterusnya setiap harinya. Dijamin, pada akhir minggu Anda akan terkejut karena ternyata dapat menyelesaikan sederetan tugas Anda tadi dengan baik dan tanpa stres.

7 Cara Menciptakan Networking


Jejaring sangatlah diperlukan dalam berinteraksi, dari dunia pergaulan hingga dunia pekerjaan.
Menciptakan networking atau jejaring memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Bisa jadi banyak di antara Anda yang masih merasa kesulitan untuk menciptakan jejaring di dunia kerja. Sebab, untuk menciptakan hingga memiliki jejaring yang benar-benar bagus dan berguna bagi diri Anda haruslah diikuti dengan kiat-kiat khusus. Berikut triknya:
1. Jadilah Pribadi Yang Terbuka & Menyenangkan
Untuk memulai membuat jejaring, Anda harus memulainya dari diri sendiri. Bersikap terbuka dan mengelola diri menjadi pribadi yang menyenangkan akan mendukung menemukan jejaring yang baik di sekeliling Anda.
Ketika pribadi Anda dirasakan sangat menyenangkan oleh orang-orang di sekitarnya, secara tak langsung Anda telah membuka diri untuk menjalinnetworking dengan orang lain. Orang-orang di sekitar pun akan dengan senang hati membuka dirinya untuk Anda. Sebelum mengharapkan orang lain mau menerima Anda, terimalah dulu kehadiran orang lain ke dalam dunia Anda, dan biarkan mereka mengenal Anda dengan baik.
2. Jabat Tangan, Penting Enggak Sih?
Mungkin banyak orang yang Anda temui tak pernah berjabat tangan dengan mantap. Apa maksudnya, ya? Mantap, artinya ketika berkenalan dengan orang, memberi ucapan selamat, atau sekadar menyapa, jabat tangan dilakukan dengan erat seraya menatap mata orang yang Adan jabat.
Bayangkan saja bila sedang bernegosiasi dengan klien besar, dan Anda menjabat tangannya dengan lemas atau seperti takut tertular penyakit tertentu, apa yang terjadi? Tentu Anda akan dicap sebagai orang yang minder, tak percaya diri, kurang mudah bergaul, dan tak memiliki integritas diri yang meyakinkan.
Jadi, tersenyum dan tataplah mata lawan bicara Anda ketika akan berjabat tangan dengannya. Tunjukkan, Anda adalah orang yang memiliki integritas diri yang baik, dapat dipercaya dan penuh percaya diri. Sehingga, ini juga akan menunjukkan, Anda sudah menghargai orang itu.
3. Ingat Namanya
Banyak kegagalan yang terajdi dalam menjalin networking yang diakibatkan oleh kelupaan mengingat nama seseorang yang baru saja ditemui dari ingatan Anda. Tak sedikit memang, yang memiliki kekurangan dalam hal mengingat nama orang ataupun rekan kerja/ rekan bisnis. Jadi, bila termasuk ke dalam kategori orang seperti ini, belajarlah untuk mengingat setiap nama seseorang yang baru berkenalan dengan Anda.
Biasakan untuk menyebutkan kembali nama orang yang barus aja bersapaan dengan Anda saat pertama kali. Lalu, buatlah ingatan-ingatan kecil di dalam benak yang bisa mengkaitkan ciri-ciri orang tadi dengan namanya. Sehingga, ketika Anda bertemu lagi dengan orang tadi, Anda akan ingat namanya.
4. Jadilah Pendengar Yang Baik
Jadilah pendengar yang baik pada setiap kesempatan mengobrol ataupun bertemu dengan rekan kerja atau rekan bisnis. Ataupun dengan orang-orang dilingkungan yang baru Anda temui. Semua orang pada dasarnya begitu senang untuk berbicara, terus dan terus. Sementara itu, sangat sedikit orang yang mau mendengarkan dengan tulus.
Nah, tunjukkan ketulusan Anda dalam membangun jejaring dengan menjadi pendengar yang baik. Ingat, harus secara tulus, karena ketidaktulusan akan terpancar dari mata dan cara pandang Anda, lho! Jika Anda tulus mendengarkan, kesempatan untuk terus masuk ke dalam jejaring yang Anda maksud akan makin terbuka lebar. Jadilah pendengar yang baik mulai saat ini!
5. Kumpulkan Daftar Koneksi
Di dalam dunia kerja atau bisnis, Anda perlu membuat daftar koneksi yang dimiliki. Entah itu koneksi yang dimulai dari persahabatan, pertemanan, atau hanya sekadar teman yang punya hobi sama. Dengan membuat daftar ini, Anda akan tahu siapa saja yang berada dalam daftar jejaring, atau yang belum masuk ke dalam daftar jejaring Anda.
Kemudian, Anda akan mengetahui langkah berikutnya yang harus dilakukan. Jangan pernah memilah koneksi yang dimiliki seperti sedang memilih barang pecah belah dipasar swalayan. Semua orang pasti memiliki potensi dan nilai positif yang berguna bagi diri Anda.
Misalnya saja, Anda seorang manajer pemasaran, jangan membuka jejaring dengan para manajer saja. Jalinlah juga dengan orang-orang yang mungkin saja kedudukannya masih di bawah Anda. Siapa tanhu, di masa depan merekalah yang justru berperan di dalam kesuksesan diri Anda. Jadi, bukalah koneksi dari beragam bidang, posisi, kalangan, juga profesi.
6. Hindarilah Jejaring Negatif
Ingat, jejaring bukan sekadar kumpulan dari beratus-ratus atau beribu-ribu teman yang Adan miliki sejak zaman sekolah dulu. Jejaring memiliki makna dan arti lebih luas dan dalam. Terkadang, Anda pasti merasa rancu, apakah teman-teman di saat ini bisa dikatakan atau dijadikan sebagai jejaring Anda.
Tak semua teman bermain adalah bagian dari jejaring yang baik untuk Anda. Pilihlah kumpulan jejaring yang dipenuhi potensi dan nilai positif yang akan menunjang kepositifan pada diri Anda. Hindari untuk masuk ke dalam jejaring yang negatif, yang tak berguna bagi kemajuan Anda. Misalnya, teman yang bisanya hanya hura-hura saja, tanpa menghasilkan nilai positif bagi kemajuan Anda, maupun bagi dirinya sendiri. Jadi, pandai-pandailah memilih jejaring, ya!
7. Bersikaplah Positif & Jaga Bicara
Pasti semua orang akan senang jika selalu terhubung dengan hal-hal positif. Jadi, mulailah tebarkan hal-hal positif untuk orang-orang sekitar, maupun ke dalam jejaring yang baru saja Anda bentuk. Selain itu, jaga cara dan sikap bicara Anda. Sampaikan kepada lawan bicara, Anda adalah orang yang sopan, santun dalam bersikap dan dapat menghargai.
Jangan bersikap sok tahu, apalagi memotong pembicaraan lawan bicara dengan cara tak sopan, bersuara keras, atau bahkan sambil mengayun-ayunkan jemari ke depan hidung lawan bicara Anda. Bisa dipastikan, bila sikap Anda demikian, maka lawan bicara tadi akan cepat hilang dari daftar jejaring Anda. Rugi, bukan? Jadi, mari jalin jejaring yang positif dan membangun!

20 November 2010

Apakah Anda Bossy?

Jangan-jangan, Anda adalah rekan kerja bossy. Inilah ciri-cirinya:

Anda merasa lebih “plus” daripada orang lain, sehingga wajar jika Anda meremehkan mereka, bahkan menghina mereka di hadapan kolega lainnya.
Saat rekan Anda mengutarakan ide di waktu meeting, Anda pernah berkata walaupun dalam hati, “Bodoh sekali orang ini!”
Saat pekerjaan Anda sedang overload, it’s very okay untuk menyuruh orang lain menyelesaikan salah satunya tanpa mengucapkan “tolong”.
Anda pernah memarahi rekan kerja (yang bahkan bukan bawahan Anda), dan itu pun Anda lakukan di hadapan semua orang.

Etika Mendengar Musik di Tempat Kerja

Pasti mood akan jadi lebih baik kalau Anda bisa mendengarkan musik favorit sambil bekerja. Namun pernahkah Anda memikirkan orang lain ketika menyetel iPod dengan volume maksimal? Ya, sebaiknya ingat kembali etika meja kerja sebelum Anda membuat ingar-bingar. Musik memang sesuatu yang universal, tapi tidak semua orang punya selera yang sama, kan? 


Kompromikan playlist dengan rekan-rekan di sekitar meja, atau jika Anda punya ruangan sendiri, pasang volume di batas medium, sehingga suaranya tidak terdengar ke luar. Ingatlah, kalau Anda sedang bekerja, dear. Membawa headphone sendiri adalah salah satu pilihan yang aman, tapi sekali lagi, jangan sampai Anda tidak bisa mendengar ketika atasan atau rekan kerja memanggil. Anda pasti tidak mau dong, menerima surat peringatan dari HRD cuma karena mendengarkan musik kesukaan?

Tingkatkan Performa Kerja dengan Team Work

Memang, load kerja akan terasa semakin ringan jika diselesaikan secara tim. Tapi ada beberapa hal yang tak boleh Anda hiraukan dalam teamwork, yakni kemampuan untuk bisa menyatukan isi kepala tiap individu di dalamnya. Itulah mengapa aroma persaingan unjuk kemampuan sering terjadi. Bisa fatal akibatnya, jika kebiasaan ini tak juga berubah. Nah, anggaplah ini sebagai tantangan unjuk profesionalitas Anda.
Sebenarnya yang perlu Anda dan anggota tim lakukan adalah berpikir objektif, sehingga tak ada yang memandang hasil kerja Anda dengan sebelah mata. Dengan begitu, potensi yang dimiliki masing-masing individu bisa terlihat jelas dan target yang telah disusun pun bisa sukses tercapai. Terbukti benar apa yang dikatakan Pat Riley, “Great teamwork is the only way we create the breakthroughs that define out careers.”

Promosi Dapat Jabatan Tinggi Kok Panik?

Naik jabatan tak selalu jadi kabar gembira. Buktinya banyak wanita kerap panik
dengan situasi itu, lho. Ini jalan keluarnya!
  • “Saya takut dibenci sesama rekan kerja” Bangun citra atasan yang berwibawa agar bawahan tetap menghormati Anda. Caranya? Bersikap adil, konsisten, dan jujur pada bawahan yang bisa melunturkan rasa iri mereka. Dengan begitu, Anda bisa membangun tim kerja yang solid!
  • “Usia saya lebih muda dari bawahan” Perlihatkan pada bawahan kalau usia tidak memengaruhi kualitas Anda sebagai atasan. Senjata Anda cuma percaya diri saja, kok. Hanya saja, jangan sering meminta saran pada bawahan saat bimbang mengambil keputusan, itu malah memerlihatkan kelemahan Anda sebagai atasan.
  • “Akankah perintah saya didengar?” Dengar baik-baik, Anda dituntut untuk tegas namun sopan dalam memberi perintah. Agar terhindar dari kesalahpahaman, meminta bawahan untuk menyebutkan kembali perintah Anda juga bisa dilakukan untuk memastikan pekerjaannya lancar

1 Oktober 2010

12 Hal Yang Bikin Bos Anda Gila

Ingin tahu apa saja yang bisa bikin bos merasa menyesal karena setuju ketika Anda dengan bangga bilang, “Saya akan menjadi aset di perusahaan ini!”? Well, coba lihat apakah salah satunya pernah Anda lakukan.

Kantor Anda = Sarang Cinta
Tak ada yang bisa bikin level stres si bos naik lebih cepat ketimbang kabar kalau bawahannya terlibat hubungan romantis. Bukan karena ia tak percaya dengan cinta sejati, soulmate, atau apapun itu, namun ketika semua romansa itu berakhir dan yang tersisa adalah tatapan penuh kemarahan, saling memaki, sampai situasi penuh drama ketika Anda cemburu karena si dia terlihat sedang makan siang berdua dengan sekertaris yang tak bisa mengoperasikan mesin faks itu, itulah yang bikin bos trauma.

Berpesta Gila-Gilaan Saat Pergi Keluar Kota
Di otak Anda: Saya sudah bekerja super keras di kantor. Sekarang ketika ada kesempatan dinas di Bali, tak ada salahnya dong mencuri waktu untuk berpesta. Di otak bos: Apa Anda sudah gila? Begini, selagi dalam urusan bisnis, maka kantor itu “mengikuti” ke manapun Anda pergi. “Orang-orang seharusnya ingat kalau saat itu mereka berperan sebagai duta besarnya kantor sehingga harus menjaga sikap,” ujar Charlotte Shelton, International Business Consultant. Lagi pula, bayangkan situasinya kalau ternyata klien Anda berada di bar yang sama, menonton Anda sedang berdansa di atas meja sambil teriak, “Astaga, sudah lama saya tak semabuk ini!”

Reputasi Si Drama Queen

“OH. MY GAWD! Yang benar? Tamatlah riwayat kita!” teriak Anda dengan tangan menekan dada seolah akan pingsan dalam hitungan detik. Mungkin kalimat berikutnya yang keluar dari mulut Anda adalah, “Kalau memang tak ada pilihan lain, kita harus cari solusinya. Pasti bisa!” Masalahnya, kalau imaji yang terus-terusan berputar di benak si bos adalah bayangan mata Anda yang nyaris copot tadi, mungkin yang ada di pikirannya adalah, “Ternyata yang dikatakan orang-orang benar. Ia memang drama queen.”

Curhat di Blog

“Si bodoh itu kembali membuat keputusan yang, well, bodoh! Argh, kenapa orang seperti itu bisa jadi bos sih?” Begitu tulis Rachel di blog pribadinya. Meskipun ia mencantumkan “Si Biru Lucu” sebagai nama samarannya, tapi semua rekan di kantor tahu kalau itu adalah blog milik Rachel. Esok harinya, ia mendapati mejanya sudah bersih dengan note bertuliskan, “Akhirnya saya membuat satu keputusan pintar: You're fired!”

Kemampuan Menulis Yang Buruk
Ternyata kesalahan “kecil” seperti salah ketik atau terkadang penggunaan huruf kapital yang tak benar kerap bikin bos Anda pusing. Bayangkan saja bagaimana bos Anda akan sepenuhnya menaruh perhatian kalau tiap membaca email Anda selalu saja dalam bahasa yang sempurna. Bisa dipastikan email dari Anda itu adalah prioritas baginya untuk dibaca karena alasan yang simpel: Enak dibaca.

Jadi Ms. Ring Ring di Kantor
Satu hal yang ada di benak atasan kalau Anda kerap menggunakan telepon genggam di jam kantor, Anda tengah
mengurusi masalah pribadi. Atau dengan kata lain, Anda tidak sedang mengurusi masalah kerjaan.

Si Bahan Olokan
Masih ingat betapa kesalnya Anda ketika masih duduk di bangku sekolah dan terus-terusan jadi bahan olokan? Lalu apakah itu terulang kembali meski kini Anda sudah menjabat sebagai public relation officer di sebuah perusahaan besar? Hati-hati, sebenarnya atasan memerhatikan bagaimana Anda bereaksi ketika tengah “ditindas” oleh kolega yang lain. Apakah dengan tegas mengatakan tak suka perbuatan mereka, atau justru menangis tersedu-sedu. Dan sekali Anda jadi “target”, maka biasanya itu akan terulang kembali. “Bos biasanya berpikir kalau mereka melindungi Anda sekali, maka besar kemungkinan mereka harus melindungi Anda lagi nantinya,” ujar Anita. Ingat, dia adalah bos, bukan ibu Anda.

Salah Kuadrat
Salah itu biasa. Tapi profesionalitas Anda sebenarnya justru dilihat dari bagaimana Anda menangani masalah itu. Kalau reaksi Anda adalah mengeluh, menangis, atau mungkin mengutuk klien atau si sekertaris baru karena tak kunjung bisa mengirimkan faks tepat waktu, maka sudah pasti Anda akan dinilai tak punya jiwa kepemimpinan.

Percaya Diri... Sekali!
“Heran, kenapa supervisor saya justru memberikan tugas itu ke Chandra, ya? Padahal pekerjaannya sangat payah! Harusnya saya yang mendapatkan tugas itu. Coba saja lihat, pekerjaan saya selalu sempurna selama ini. Kalau tidak ada saya, tak mungkin perusahaan ini jadi seperti sekarang!” kata Reva berapi-api. Mungkin alasan atasan tak mau memberikan tugas itu pada Anda lantaran tak tahan dengan cerita betapa suksesnya Anda membuat gebrakan brilian buat perusahaan selama berminggu-minggu ke depan.

"Tak Perlu Ditulis. Ingat Kok!"
Saat rapat, atasan menceritakan panjang lebar tentang target yang harus dicapai bulan ini. Karena yakin dengan ingatan yang super tajam, maka Anda memutuskan untuk tidak mencatatnya. Lalu setelah rapat berakhir, atasan menyuruh Anda untuk memberi kesimpulan. Akhirnya, kesimpulan yang keluar dari mulut Anda adalah, “Saya...eerr...*berhenti sebentar*... kalau tidak salah....”

"Pokoknya Minta Naik Gaji!"
Kira-kira, kenapa Anda layak meminta kenaikan gaji? Apakah karena:
- Anda datang ke kantor setiap hari sedangkan yang lain tidak?
- Anda butuh tambahan pemasukan untuk membayar cicilan rumah yang ada kolam renangnya?
- Akan jadi pemicu semangat bekerja yang baik?
- Anda duduk di kursi (baca: kursi. Bukan “kedudukan”) yang dulu miliknya, jadi merasa harus mendapatkan gaji yang sama dengannya?
Kalau Anda menjawab “ya” dari salah satu saja opsi di atas, berarti lupakan rencana minta kenaikan gaji itu, Teman.

Wawasan Sempit
Suatu siang Anda diajak bos untuk lunch meeting dengan klien. Ketika suasana sedang santai, semua orang mulai berbicara tentang kisruhnya kasus Bank Century dan saling melemparkan pendapat. Semua, kecuali Anda.

Pantaskah Pekerjaan Jadi Beban?

Hanya ingin mengingatkan, kalau semua gerutu Anda saat bekerja bisa dibilang berlebihan. Ya, berlebihan!
  • “Saya Mulai Bosan!” Ketahuilah kalau rasa bosan ini bisa jadi hanya muncul sesaat saja. Untuk itu, selingi kebosanan saat bekerja dengan melakukan berbagai kegiatan di luar pekerjaan. Semisal, menawarkan diri menjadivolunteer untuk acara outing kantor. Pikiran pun bisa kembali segar saat mulai bekerja.
  • “Bekerja Bikin Saya Stres!” Mungkin Anda termasuk tipe yang perfeksionis. Memang baik jika Anda memiliki standar yang tinggi dalam bekerja, namun tetap jangan abaikan risiko. Besar atau kecil, fatal atau tidak, Anda harus memiliki back-up plan untuk menghadapinya.
  • “Bekerja Buang-Buang Waktu Saja!” Pikirkan matang-matang, inikah pekerjaan yang Anda inginkan? Sebab, bila Anda bergairah menjalani pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, pasti Anda bisa mengimbalinya dengan setimpal pula, baik soal waktu dan tenaga.

Rekening-Rekening Penyelamat

Buang istilah “pengeluaran tak terduga” dan “kantong kering tiba-tiba”. Ini hidup, darling!Semua ada solusinya.
Si Tukang Belanja
Tiba-tiba ada great sale? Jangan jadikan ini sebagai pengeluaran tak terduga. Mulai sekarang, Anda harus punya rekening khusus untuk shopping. Jadi, Anda bebas memakai rekening itu tiap kali ingin belanja tanpa merasa berdosa. Namun saat uang di rekening itu habis... itulah cara terampuh untuk mengurangi pengeluaran. Tak boleh ada transfer antarrekening, ya!
Mobilku Oh Mobilku...
Tiba-tiba aki mobil Anda rusak? Ini juga tak boleh menjadi pengeluaran mendadak sampai bikin Anda stres. Miliki rekening pengeluaran bulanan mulai sekarang! Saat ada hal-hal seperti ini, pengeluaran itu takkan mengganggubudget.
Trouble at Home
Saat barang-barang elektronik Anda rusak dalam waktu bersamaan, segera keluarkan uang dari rekening pengeluaran tahunan Anda. Rekening pengeluaran tahunan ini dapat diisi dengan uang yang terkumpul dari sisa rekening bulanan yang tak terpakai. 

Menjadi Primadona di Tempat Kerja

Untuk bisa jadi pusat perhatian tentunya tak luput dari rasa percaya diri yang tinggi. 

Pertama, Anda tak perlu jadi orang lain apalagi sampai berbohong agar bisa mencuri perhatian. Setiap orang pasti memiliki sisi unik masing-masing. Nah, sudah saatnya untuk mengeluarkan semua sisi unik Anda itu. Namun tetap dalam batas kewajaran dan tak berlebihan, ya! Kedua, speak up your mind! Awali dengan pemikiran positif dan penuh keyakinan, lalu kemukakan semua pendapat Anda. Cetuskan ide-ide gemilang dan jangan biasakan diri hanya diam dan menunggu. Terakhir, penampilan menarik. Menggunakan padu padan busana yang sarat gaya pasti mampu buat semua mata tertuju pada Anda. Oh ya, tatanan rambut juga tetap perlu diperhatikan, lho! Anda tak mungkin datang ke kantor dengan rambut lepek dan penuh minyak, kan?

4 September 2010

6 Alasan Mengundurkan Diri dari Pekerjaan

Mendapatkan pekerjaan tak semudah seperti membalikkan telap tangan. Namun ketika pekerjaan telah didapatkan, ada saja keluhan yang terucap dari mulut. Kerja pun tanpa hati dan semangat.
Memutuskan berhenti kerja dari sebuah perusahaan memang tidak boleh emosional. Ada sejumlah alasan yang biasa melatari mereka yang bersemangat untuk berhenti atau resign.


1. Ingin upah lebih tinggi

Ini adalah alasan paling menonjol dalam sejumlah kasus pindah kerja. Jika Anda yakin bisa menghasilkan lebih banyak uang dan tunjangan asuransi di tempat lain, lebih baik keluar dari pekerjaan itu. Pastikan Anda memiliki prioritas tempat kerja lainnya, sebelum benar-benar memutuskan untuk resign.


2. Tidak menikmati

Kadang, orang tidak menikmati pekerjaan mereka. Jika rasa tak nyaman semakin kuat, berpikir pindah kerja tampaknya lebih baik daripada performa memburuk gara-gara memaksakan diri. Kondisi terpaksa itu juga berpotensi membuat stres dan membahayakan kesehatan. Lebih baik, putuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih cocok.

3. Pantas mendapat jabatan lebih baik

Tentu saja, alasan untuk berhenti mungkin karena Anda berpikir layak mendapat posisi atau jabatan lebih baik. Jika ini alasannya, Anda harus memastikan Anda memiliki pekerjaan pengganti yang lebih baik sebelum Anda berhenti.

4. Ada tawaran kerja lebih baik

Jika Anda memiliki tawaran pekerjaan yang lebih baik, maka itu pasti akan menjadi langkah besar. Penawaran pekerjaan harus memiliki efek jangka panjang. Jika harapan jangka panjang tak akan terjamin, lebih baik pertimbangkan untuk bertahan di kantor lama.


5. Jam kerja tak sesuai

Karyawan selalu dituntut untuk menaati aturan perusahaan dan bos. Termasuk tuntutan lembur dan menyelesaikan beban pekerjaan di luar jam kerja. Banyak orang merasa tak tahan dengan jam kerja yang berlebih, karena menyita waktu berkumpul dengan keluarga dan istirahat. Maka tak jarang, kebanyakan orang memilih berhenti kerja karena alasan jam kerja tak sesuai.

6. Butuh waktu merawat anak

Banyak wanita lebih suka memilih pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, karena sekaligus bisa mengawasi anak. Tak jarang wanita karier memutuskan berhenti bekerja di kantor usai menikah dan memiliki anak.

1 September 2010

Cara Menyampaikan Kritik dan Tetap Disayang

Rina Putri (28 tahun), seorang sekretaris di perusahaan swasta mengaku kesal pada pimpinannya. ”Dia mengkritik pekerjaan saya, seolah-olah saya ini anak TK, yang enggak tahu apa-apa! Padahal, selama ini kan saya juga yang mengerjakan itu semua,” katanya sambil bersungut-sungut. Rina tentu bukanlah satu-satunya orang yang merasa terganggu ketika dikritik. Mungkin, Anda pun pernah mengalaminya.
Tentu, kondisi seperti ini tidak diharapkan, karena tujuan memberi kritik sebenarnya adalah untuk kebaikan. Seperti yang disampaikan oleh Dra Sulis Mariyanti, Psi, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta, ”Kritik itu intinya menilai, memberikan feedback, dengan harapan agar segala sesuatu menjadi lebih baik.”
Kalau tujuan kritik sebenarnya adalah untuk memperbaiki, mengapa seringkali justru berefek sebaliknya - membuat orang merasa tidak berharga, direndahkan, dan akhirnya menimbulkan perasaan dendam? 

Kritik bisa menjadi racun
Kritik yang berakibat negatif, oleh Tereza Dietze dalam tulisannya yang berjudul ”Using Criticism as a Positive”, disebut sebagai kritik yang merusak (destructive criticsm). Kritik jenis ini biasanya ditandai oleh rusaknya hubungan baik antara pemberi dan penerima kritik. Bahkan bisa memperburuk segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang kita kritik. ”Energi yang ada di balik kritik yang merusak sama seperti racun,” kata Dietze, seorang fasilitator terapi kesehatan holistik di Seattle (www. beingtotal.com).
Kritik semacam ini biasanya hanya menyoroti kesalahan seseorang sehingga yang mucul adalah reaksi defensif. Akibatnya, kritik tidak memberikan perubahan yang positif, tapi justru menimbulkan rasa dendam terhadap pemberi kritik, seperti yang dialami Putri. 
Karena itu, Mariyanti mengingatkan bahwa ketika kita mengkritik seseorang, yang pertama kali harus diungkapkan adalah sisi positif orang tersebut. ”Jangan hanya membesar-besarkan kesalahan. Semua orang kan punya sisi positif,” Mariyanti mengingatkan.

Ditambahkan, jika orang yang ingin kita kritik merasa bahwa hal-hal baik yang telah dikerjakan sebelumnya dihargai, maka ia akan lebih mudah menerima komentar atas sesuatu yang tidak dikerjakannya dengan baik.
Kritik juga bisa merusak jika disampaikan pada waktu yang tidak tepat. ”Kalau orang yang ingin kita kritik sedang menghadapi banyak masalah, mood-nya pasti juga sedang tidak baik. Kritik yang kita berikan pasti juga tidak akan efektif,” kata Mariyanti.
Karena itu, Mariyanti menyarankan untuk memberi jeda waktu setelah terjadi sebuah kesalahan. ”Memang, jika berhubungan dengan target waktu yang singkat, kritik harus diberikan segera. Tapi sebaiknya pastikan dulu orang yang akan kita kritik bisa bersikap netral terhadap kritik yang kita berikan dan tidak dipengaruhi oleh mood negatif dalam dirinya.”

Selain itu, Mariyanti juga dengan tegas mengatakan bahwa kritik tidak boleh diarahkan pada masalah personal – baik/buruk kepribadiannya, misalnya – dan lebih difokuskan pada masalah atau tindakan yang hendak diperbaiki

Berubah...Siapa Takut?

”Tak ada sesuatu yang abadi, selain perubahan itu sendiri,” kata Heraclitus, filsuf Yunani yang hidup antara tahun 535-475 Sebelum Masehi. Kalimat ini tentu tak diragukan kebenarannya, karena kita sendiri bisa merasakan betapa kehidupan sangat dinamis; terus berubah, tanpa bisa kita prediksi
Lihat saja, seekor ulat, yang membuat kita merasa takut atau jijik, dalam perjalanan hidupnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dengan sayapnya yang indah mengagumkan. Atau, sebutir biji kecil, beberapa tahun kemudian berubah menjadi pohon besar yang kokoh.
Meski begitu, perubahan tak selalu berarti positif. Kondisi ekonomi dunia yang sedang terpuruk saat ini misalnya, membuat banyak orang yang sebelumnya hidup berkecukupan, mengalami masalah finansial akibat pemutusan hubungan kerja atau kebangkrutan usaha.
Perubahan memang seringkali tak bisa kita duga akan menuju ke arah perbaikan atau sebaliknya. Kondisi inilah yang sering membuat kita menjadi takut untuk berubah lalu tetap diam di tempat. Padahal, tempat kita biasa berdiri itu – sering  disebut sebagai zona nyaman – belum tentu yang terbaik. Sementara, jika kita berani berubah, mungkin saja itu adalah kesempatan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik, jauh melampaui yang kita bayangkan.
Untuk bisa berubah, dibutuhkan keberanian menyingkirkan semua halangan. Halangan tersebut antara lain:
  1. Takut akan  sesuatu yang belum terjadi
    Salah satu hal yang paling ditakutkan orang saat akan berubah adalah adanya ketidakpastian. Ketakutan ini ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan dalam diri sendiri: Bagaimana kalau aku gagal? Bagaimana kalau aku salah? Atau bagaimana kalau situasinya lebih buruk dari sekarang?
  2. Lupa bahwa kita selalu punya pilihan.
    Ketika ketakutan akan ketidakpastian masa depan memenuhi benak, maka biasanya kita pun akan kesulitan melihat berbagai kemungkinan di sekitar kita. Akibatnya, kita merasa hanya ada satu pilihan, dan biasanya itu bukanlah pilihan yang menguntungkan.
  3. Merasa sendirian
    Hal lain yang juga menghambat kita untuk berubah adalah di saat menghadapi situasi yang sulit kita cenderung merasa  terisolasi, merasa seolah menjadi satu-satunya orang di dunia ini yang akan menanggung beban atas keputusan yang kita buat.

Nikmati Hidup Sekarang

Semua orang pasti ingin bahagia. Tapi, selalu saja ada masalah yang harus dihadapi mulai dari bangun tidur sampai saat kembali beristirahat.Tak hanya yang terjadi sekarang, yang belum terjadi pun seringkali sudah mengganggu rasa bahagia kita.
Dengarkan saja kepanikan Tami tentang tingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, karena anaknya kini baru berusia dua tahun.
Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua hal yang berhubungan dengan masa depan dan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memiliki beragam cara untuk mengganggu ketenangan.”


Manusia dan monkey mind
Masalah-masalah yang mengganggu ketenangan itu seringkali membuat kita justru membiarkan momen indah yang terjadi saat ini berlalu tanpa sempat kita perhatikan, atau kita manfaatkan. Seringkali kita menyia-nyiakan detik-detik berharga yang kita miliki dalam hidup dengan mengkhawatirkan masa depan, dan sibuk merenungkan masa lalu.
”Saat berlibur kita seringkali justru mengingat tumpukan pekerjaan di meja kantor. Sebaliknya, saat bekerja kita mengharapkan datangnya saat-saat untuk berlibur dan bersantai,” kata Wallace memberi contoh.
Monkey mind begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
Kondisi pikiran yang seperti ini sebenarnya merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak akan menemukan ketenangan dan kenyamanan hidup. ”Kita akan selalu berada dalam keadaan tegang, cemas, khawatir, dan rasa tidak nyaman lainnya,” kata Prof Dr dr. Luh Ketut Suryani, SpKJ (K), dari Suryani Institute for Mental Health.

Masa lalu dan masa depan
Luh Ketut Suryani tak mengingkari jika manusia perlu juga melihat hari kemarin. ”Menengok hari kemarin atau melihat masa lalu artinya mempelajari apa sebenarnya yang terjadi, lalu melihat mana yang bermanfaat dan bisa diteruskan, serta mana yang justru membawa kehancuran dan tak perlu dilakukan lagi,” kata Suryani.
Psikiater dan guru meditasi ini juga mengakui bahwa selain Tuhan, pengalaman adalah guru utama dalam kehidupan. ”Semua pengalaman masa lalu, baik yang menyenangkan atau tidak, pasti ada gunanya dan bisa diambil sisi positifnya untuk mendewasakan diri dan memperkuat mental,” katanya.
Namun, Suryani mengingatkan,  hidup bukan harus terus diisi dengan rencana dan rencana. ”Hidup ini untuk dinikmati, dirasakan dan disyukuri sehingga kita mempunyai tenaga lebih besar lagi untuk menjalani kehidupan pada hari-hari berikutnya,” katanya.

Nikmatilah saat ini dan berhenti berpikir!
Masa depan dan masa lalu memang penting. Tapi, terlalu memikirkannya juga akan membuat kita jauh dari bahagia, karena tak ada waktu untuk menikmati yang sudah dicapai, yang sudah diselesaikan, dan yang sudah dimiliki sekarang. ”Seseorang tidak akan pernah menikmati hidupnya jika terlarut dalam masa lampau yang kelam, atau terlalu takut menghadapi masa yang akan datang,” kata Suryani. Memang, sebagian besar pikiran negatif berhubungan dengan masa lalu dan masa depan.
Sementara itu, menurut Suryani, jika kita bisa sejenak saja merasakan keadaan saat ini dan mensyukuri apa yang diperoleh hari ini, maka rasa bahagia bisa dirasakan.
Hal ini sudah dibuktikan oleh Stephen Schueller, seorang psikolog di University of Pennsylvania. Dalam penelitiannya, Schueller meminta subjek penelitian menikmati sesuatu yang biasanya mereka lakukan sambil terburu-buru. Misalnya, saat sarapan pagi, minum secangkir teh di sore hari, atau saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang bisa menikmati hidupnya saat ini ternyata merasa lebih bahagia, lebih menikmati hidup, dan dipenuhi berbagai perasaan positif lainnya. Mereka juga lebih sedikit menunjukkan gejala-gejala depresi.
Mengapa menikmati hidup saat ini membuat kita lebih bahagia? Menurut Schueller, ketika kita fokus pada aktivitas kita saat ini, maka secara tidak sadar kita berhenti berpikir terlalu keras.
Bayangkan saja bagaimana jadinya jika saat Anda sedang berlatih menari atau berdansa, pikiran Anda sibuk memerhatikan apa yang harus dilakukan oleh kaki, tangan, bahu, panggul, sekaligus mengingat gerakan yang harus Anda lakukan pada detik berikutnya. Pasti, gerakan Anda justru akan kelihatan kaku, atau malah kacau balau.
Jadi, berpikir tak selalu membuat segala yang Anda lakukan jadi lebih baik, bukan? Karena itulah, Schueller mengatakan, ”Jangan terlalu banyak berpikir. Singkirkan semua bentuk evaluasi terhadap diri sendiri, dan jangan biarkan diri Anda terjebak dalam kekalutan pikiran serta kekhawatiran. Biarkan saja segala sesuatu terjadi seperti apa adanya.
Salah satu bentuk latihan untuk berhenti berpikir yang ditawarkan Jay Dixit, seorang penulis bidang psikologi, bisa langsung kita coba, ”Bayangkan Anda adalah seorang pengamat. Biarkan diri Anda melihat, mendengar, atau mencium segala sesuatu yang ada di sekitar Anda saat ini. Tapi, jangan pedulikan apakah yang Anda lihat bagus atau jelek, apakah yang Anda rasakan menyenangkan atau tidak. Jangan memberi penilaian. Katakan saja, ’sekarang, sekarang, sekarang.’”

Raih Mimpi Dengan Menetapkan Tujuan

Kekuatan mimpi untuk mengubah dunia telah banyak dibuktikan. Mimpi Karl Benz untuk menciptakan sebuah alat transportasi berbahan bakar bensin di tahun 1885 misalnya, membuat manusia kini bisa bepergian dengan mudah ke manapun secara cepat, tanpa harus mengandalkan tenaga manusia atau kuda. Begitu juga dengan Wright bersaudara. Pesawat terbang pertama tercipta di tangan mereka karena keberaniannya bermimpi untuk terbang.
Bagaimana mimpi bisa memberikan kekuatan yang begitu besar pada manusia? Menurut Colin Dunbar, penulis buku ”Invest in Yourself”, ketika kita memiliki keinginan kuat atas sesuatu, segala hal yang kita lakukan menuju mimpi tidak akan kita rasakan sebagai kerja keras, tetapi justru sebuah proses yang memberikan kesenangan. ”Mimpi itu seperti api yang membakar semangat kita untuk sukses,” kata Dunbar.

Analisa mimpi dengan SMART
Mimpi bisa bermacam-macam. Dalam hal karir misalnya, mimpi bisa berupa jabatan apa yang ingin Anda raih, sementara dalam keluarga misalnya, mimpi boleh berwujud keinginan Anda menjadi sosok orangtua yang baik bagi anak-anak, atau dalam segi finansial berapa besar uang yang ingin kita peroleh setiap bulannya. Sedangkan dalam hal kesehatan Anda ingin tetap sehat sampai tua nanti, dan sebagainya. Mimpi juga bisa berhubungan dengan cara yang ingin kita pilih untuk menikmati hidup.
Tentu saja, tak semua mimpi punya kekuatan besar untuk mendorong kita menuju perubahan. Salah satu metode untuk mengetahui apakah mimpi yang kita miliki mampu mendorong kita untuk berubah adalah metode SMART, yaitu:
  • S: Specific (spesifik). Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Edwin Locke pada 1968 membuktikan bahwa tujuan yang spesifik lebih meningkatkan prestasi kerja lebih meningkat dibandingkan dengan tujuan yang dibuat secara umum. Jadi, daripada mengatakan ”Aku akan menerbitkan sebuah buku,” sebaiknya katakan, ”Aku akan menulis minimal 1 halaman setiap hari.”
  • M: Measurable (bisa diukur). Berikan jumlah, waktu, tanggal, dan patokan lainnya untuk mengukur kesuksesan Anda. Jadi, daripada mengatakan, ”Saya ingin keliling dunia,” sebaiknya katakan, ”Saya akan menyelesaikan perjalanan saya pada 31 Desember 2011.”
  • A: Attainable (bisa dicapai). Pastikan bahwa tujuan yang ingin Anda raih memang mungkin dicapai. Jika sebaliknya, Anda mungkin justru akan kehilangan semangat dan keyakinan diri. Meski demikian, jangan juga menetapkan tujuan yang terlalu mudah. Sebaba, dengan menentukan sebuah tujuan yang realistis sekaligus menantang, Anda akan memperoleh kepuasan saat mencapainya. 
  • R: Relevant (relevan). Tujuan yang Anda buat seharusnya sejalan dengan arah kehidupan juga tujuan karir yang sedang Anda tuju. Jika harapan yang Anda miliki acak dan tidak konsisten, Anda hanya akan membuang-buang waktu, sekaligus menyia-nyiakan hidup Anda.
  • T: Time Bound (memiliki batasan waktu). Tujuan Anda harus punya deadline (batas waktu). Ketika Anda bekerja dengan deadline, maka situasi ”mendesak” yang terasa akan membuat kita mampu meraih prestasi lebih cepat.

Mengkonkritkan mimpi dengan goal setting
Selain memenuhi syarat SMART di atas, menurut Colin Dunbar, mimpi seharusnya bisa kita ubah menjadi sebuah tujuan dan akhirnya menjadi kenyataan, yang membawa kita kepada perbaikan kehidupan. Proses inilah yang disebut sebagaigoal setting (menetapkan tujuan).  Berikut adalah langkah-langkah dalam proses goal setting:
  1. Introspeksi. Menurut Sawitri, sebelum menetapkan sebuah tujuan, kita perlu mengetahui kemampuan, sarana untuk meraih tujuan, daya juang, motivasi, disiplin, dan komitmen yang kita miliki, sekaligus dukungan dari lingkungan tempat kita berada.
  2. Menentukan tujuan yang memotivasi. Karena motivasi adalah kunci dalam proses meraih tujuan, pastikan bahwa tujuan yang Anda buat adalah sesuatu yang penting bagi diri Anda, dan ada nilainya ketika tercapai.Karena itu, tujuan sebaiknya berhubungan dengan prioritas yang Anda miliki dalam hidup Anda.
  3. Analisa SMART. Agar dapat diraih dan memberi efek positif, pastikan tujuan yang Anda buat memenuhi syaratspecific, measurable, attainable, relevant dan time bound. (selengkapnya lihat di atas).
  4. Tuliskan tujuan Anda. Menuliskan tujuan membuat impian jadi lebih nyata, dan Anda tidak punya alasan untuk melupakannya. Bahkan, menurut Sandy McGregor, dalam buku Piece of Mind, dengan menuliskan tujuan, kita sudah membuat komitmen terhadap diri sendiri.
  5. Buatlah action planTuliskan langkah demi langkah yang harus Anda lalui untuk mencapai tujuan. Pertama-tama, buatlah sebuah gambaran besar tentang apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup. Lalu, bagilah tujuan besar itu ke dalam target-target yang lebih kecil, yang harus Anda raih, sehingga akhirnya tercapailah tujuan besar dalam hidup Anda. Ketika Anda telah berhasil melewati setiap target itu, Anda akan menyadari bahwa Anda semakin dekat dengan tujuan akhir yang sudah Anda tetapkan.
  6. Pertahankan tujuan yang telah Anda buat. Setelah Anda memiliki tujuan itu, segeralah mulai meraihnya. Dan, ingatlah goal setting adalah proses yang terus berjalan, bukan akhir dari perjalanan.

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...