Tampilkan postingan dengan label cinta di tempat kerja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta di tempat kerja. Tampilkan semua postingan

1 September 2010

Cara Menyampaikan Kritik dan Tetap Disayang

Rina Putri (28 tahun), seorang sekretaris di perusahaan swasta mengaku kesal pada pimpinannya. ”Dia mengkritik pekerjaan saya, seolah-olah saya ini anak TK, yang enggak tahu apa-apa! Padahal, selama ini kan saya juga yang mengerjakan itu semua,” katanya sambil bersungut-sungut. Rina tentu bukanlah satu-satunya orang yang merasa terganggu ketika dikritik. Mungkin, Anda pun pernah mengalaminya.
Tentu, kondisi seperti ini tidak diharapkan, karena tujuan memberi kritik sebenarnya adalah untuk kebaikan. Seperti yang disampaikan oleh Dra Sulis Mariyanti, Psi, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta, ”Kritik itu intinya menilai, memberikan feedback, dengan harapan agar segala sesuatu menjadi lebih baik.”
Kalau tujuan kritik sebenarnya adalah untuk memperbaiki, mengapa seringkali justru berefek sebaliknya - membuat orang merasa tidak berharga, direndahkan, dan akhirnya menimbulkan perasaan dendam? 

Kritik bisa menjadi racun
Kritik yang berakibat negatif, oleh Tereza Dietze dalam tulisannya yang berjudul ”Using Criticism as a Positive”, disebut sebagai kritik yang merusak (destructive criticsm). Kritik jenis ini biasanya ditandai oleh rusaknya hubungan baik antara pemberi dan penerima kritik. Bahkan bisa memperburuk segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang kita kritik. ”Energi yang ada di balik kritik yang merusak sama seperti racun,” kata Dietze, seorang fasilitator terapi kesehatan holistik di Seattle (www. beingtotal.com).
Kritik semacam ini biasanya hanya menyoroti kesalahan seseorang sehingga yang mucul adalah reaksi defensif. Akibatnya, kritik tidak memberikan perubahan yang positif, tapi justru menimbulkan rasa dendam terhadap pemberi kritik, seperti yang dialami Putri. 
Karena itu, Mariyanti mengingatkan bahwa ketika kita mengkritik seseorang, yang pertama kali harus diungkapkan adalah sisi positif orang tersebut. ”Jangan hanya membesar-besarkan kesalahan. Semua orang kan punya sisi positif,” Mariyanti mengingatkan.

Ditambahkan, jika orang yang ingin kita kritik merasa bahwa hal-hal baik yang telah dikerjakan sebelumnya dihargai, maka ia akan lebih mudah menerima komentar atas sesuatu yang tidak dikerjakannya dengan baik.
Kritik juga bisa merusak jika disampaikan pada waktu yang tidak tepat. ”Kalau orang yang ingin kita kritik sedang menghadapi banyak masalah, mood-nya pasti juga sedang tidak baik. Kritik yang kita berikan pasti juga tidak akan efektif,” kata Mariyanti.
Karena itu, Mariyanti menyarankan untuk memberi jeda waktu setelah terjadi sebuah kesalahan. ”Memang, jika berhubungan dengan target waktu yang singkat, kritik harus diberikan segera. Tapi sebaiknya pastikan dulu orang yang akan kita kritik bisa bersikap netral terhadap kritik yang kita berikan dan tidak dipengaruhi oleh mood negatif dalam dirinya.”

Selain itu, Mariyanti juga dengan tegas mengatakan bahwa kritik tidak boleh diarahkan pada masalah personal – baik/buruk kepribadiannya, misalnya – dan lebih difokuskan pada masalah atau tindakan yang hendak diperbaiki

28 Agustus 2010

Mengatasi 10 Perasaan Bersalah Yang Menghinggapi Wanita Berkarir

Perempuan semakin terbuka untuk mengembangkan dirinya. Potensi dan kemampuan kaum hawa juga setara dengan kaum pria. Namun, menurut psikolog Kasandra Putranto, perempuan berkarier memiliki potensi risiko stres. Perempuan cenderung memiliki perasaan bersalah, baik di rumah maupun di kantor, karena posisinya sebagai ibu, istri, dan karyawan membuatnya kesulitan membagi peran. 
Untuk mengenali potensi risiko stres pada perempuan bekerja, Kasandra menyebutkan beberapa masalah umum yang dihadapi.
1. Merasa bersalah di tempat kerja karena pikiran terbagi dengan urusan di rumah.
2. Merasa bersalah di rumah karena tidak optimal menyelesaikan pekerjaan kantor.
3. Merasa bersalah meninggalkan pekerjaan, saat harus membagi waktu dengan urusan keluarga misalnya.
4. Mengurangi kepercayaan diri karena merasa tidak optimal di rumah atau di kantor.
5. Kekurangan waktu untuk diri sendiri karena waktu habis untuk mengurus keluarga dan pekerjaan.
6. Kesulitan untuk berganti peran, membagi waktu kapan harus fokus ke pekerjaan atau keluarga.
7. Membawa pekerjaan saat bersama keluarga.
8. Berjuang keras untuk menyelesaikan semua pekerjaan, menyeimbangkan pekerjaan rumah dan kantor.
9. Dihadapkan pada berbagai masalah dan berusaha mencari solusinya agar beban berkurang.
10. Kehabisan energi yang berpengaruh pada kualitas hubungan dengan pasangan dan juga terhadap diri sendiri.
Menurut Kasandra, masalah di atas dihadapi oleh banyak perempuan berkarier. Masalah inilah yang kemudian memunculkan gangguan psikologis atau emosional dalam diri perempuan. Bentuknya berbeda pada setiap perempuan, dari depresi hingga gangguan kepribadian.   
"Berpikir dan bertindak reaktif atas setiap masalah menjadi pertanda adanya gangguan emosional. Mudah terpancing emosi merespons masalah, misalnya," kata Kasandra di sela peluncuran produk Balancea dari OrangTua Group, beberapa waktu lalu.
Selain dapat melawan gangguan emosi dengan berpikir positif, Kasandra mengatakan kesamaan pengalaman yang dimiliki perempuan juga bisa memunculkan semangat bersama untuk saling berbagi mencari solusi.

6 Cara Atasi Boss Yang Menyebalkan

1. Hati Anda adalah istana Anda! Jangan biarkan orang lain, termasuk atasan Anda yang menyebalkan mempengaruhi suasana hati Anda. Anda adalah seorang "aktor" dan bukan seorang "reaktor" yang hanya bisa bereaksi spontan terhadap apa yang terjadi pada Anda. Kita punya pilihan atas apa yang akan kita lakukan. 

2. Buatlah diri Anda tersenyum. Atasan adalah juga seorang pribadi seperti Anda yang sering kali punya banyak masalah dan tekanan. Bicarakan masalah Anda dengan teman ataupun keluarga. Sharing itu menyembuhkan. 

3. Hindari benar atau salah. Jika atasan Anda memberikan kritikan yang tidak perlu atau bahkan tidak adil, kadang mudah sekali Anda terlarut dalam debat dengannya. Percayalah, ketika Anda yakin Anda sudah bekerja dengan baik, masalahnya tidak terletak pada diri Anda melainkan pada orang lain. Tidak ada gunanya berdebat sengit tentang siapa yang salah dan benar. Kuasai keadaan dan bersikaplah tenang. 

4. Pergilah ambil waktu untuk menikmati diri Anda sendiri ketika Anda betul-betul merasa tertekan dengan sikap bos. Mulailah mendaftar hal-hal apa saja yang membuat Anda bisa rileks dan kembali fresh. 

5. Berbicaralah dengan rekan kerja yang menurut Anda cukup dewasa dan obyektif dalam memandang masalah-masalah yang terjadi di kantor, temasuk mungkin kepribadian atasan Anda yang suka marah-marah. Kadang kita bisa lebih memahami orang lain ketika kita tahu latar belakang orang tersebut. 

6. Jika atasan Anda menyerang secara tidak rasional, minta dia untuk menjelaskan ulang. Ini akan membantu Boss Anda untuk bisa memahami kekurangan dalam argumennya atau mungkin mendapat pemahaman lain dari sudut pandang Anda

Cara Menjadi Bos Idaman

Situs The Hiring Site bertanya kepada beberapa manager personalia dan rekruter untuk menjelaskan apa yang menjadi kualitas seorang pemimpin dalam diri seseorang. Hasil kompilasi jawaban dan respon para responden ini mengerucut pada 11 poin kualitas yang menunjukkan seseorang bisa masuk dalam kategori pemimpin sejati. Beberapa sifat yang diperlukan adalah integritas, komunikasi, kepercayaan diri, dan passion. Berikut adalah 11 poin tersebut dari pandangan beberapa personalia:
* Konsisten dan bisa dimengerti. Akan sulit bagi para bawahan untuk membuat bos terlihat baik di mata orang lain jika sikap si bos tersebut tidak memiliki konsistensi atau bertindak semaunya tanpa aturan. Apalagi ketika di situasi pelik ia selalu muncul dengan ide-ide yang maksudnya "out of the box", tapi ide-ide yang keluar justru tidak bisa dipahami atau cenderung tidak masuk akal.
* Atasan yang bisa meminta bawahannya melakukan perintahnya tanpa perlu menggunakan taktik koersif atau tekanan. Para bos, diharapkan mampu membingkai diskusi seperti seorang pelatih basket yang bisa mengambil dan memimpin keputusan untuk menggunakan taktik apa.
* Mempromosikan bawahan yang dinilai memiliki potensi. Karena ketika Anda selalu mengambil orang dari luar kantor untuk mengisi posisi-posisi penting yang lowong, para bawahan akan merasa resah dan tak merasa memiliki kemungkinan untuk maju.
* Bos yang baik akan mempertahankan aksi Anda (ketika aksi tersebut masih bisa dipertanggungjawabkan dan maksudnya baik), juga akan selalu membantu ketika diperlukan.
* Seorang bos yang baik mengerti, bahwa tak semua tugas yang diberikan kepada Anda bisa menjadi yang nomor 1, dan jika diperlukan, terbuka untuk bekerja dengan Anda dalam mengatur urutan prioritasnya.
* Seorang bos yang ideal mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing bawahannya dalam struktur organisasi perusahaan, dan selalu mengingatnya. Sehingga, pelanggaran kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan yang unggul tak akan membutuhkan respon yang serupa ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh salah seorang karyawan yang sering melakukan pelanggaran.
* Bos idaman akan selalu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di level manajemen atas dan memberikan pengarahan ke mana kira-kira laju perusahaan akan berjalan.
Memang tak ada manusia yang sempurna, namun kita selalu bisa berusaha untuk lebih baik, kan? Nah, bagaimana menurut Anda? Apakah kualitas-kualitas sikap dan perilaku yang disebutkan tadi benar-benar dibutuhkan dalam diri seorang pemimpin?

9 Cara Disayang Boss

Mengiyakan segala permintaan atasan ternyata tak lantas membuat Anda menjadi anak buah kesayangan, lho! Apa saja yang bisa meluluhkan hati bos? Simak jawabannya di sini.
Ingin tahu caranya memperoleh promosi di tempat Anda berkarier? Salah satu kunciya adalah menunjukkan kepada atasan siapa diri Anda yang sebenarnya. Dan ternyata, yang membuat atasan terkesan bukan karena Anda loyal dan menjadi “Yes Man ” atau “Yes Woman ,” atau menjadi “teman curhat Bos.” Ada hal-hal lain yang akan membuat atasan terkesan. Berikut 9 hal yang bisa membuat Anda diperhitungkan atasan:

1. Jangan asal nanya
“Setiap hari, ada ratusan pertanyaan. Kebanyakan bisa dijawab sendiri oleh karyawan bersangkutan. Biasanya, mereka hanya malas atau cari perhatian,” begitu keluh Si Manajer.
Ya, kalau Anda sudah tahu jawabannya, kenapa harus tanya? Kebanyakan karyawan lebih suka bertanya ke atasan ketika kurang yakin akan apa yang mereka lakukan. Tapi ternyata, cara ini justru tidak selalu berkenan buat atasan.
Akan lebih baik bila lain kali Anda bertanya lebih dulu pada diri Anda sendiri. “Kira-kira kalau saya tanya bos, jawabannya akan sama atau tidak, ya?” Pada banyak kasus, jawabannya ternyata sama atau jawaban Anda justru lebih baik. Tidak semua atasan mau “mengurusi” semua tugas karyawan. Anda sendirilah yang tahu persis apa tugas Anda.

2. Cari solusi, bukan cari masalah
“Yang paling mengganggu adalah ketika karyawan datang dengan membawa masalah dan meminta saya menyelesaikannya,” kata Si Manajer.
Kuncinya, jangan datangi atasan dan menyodorkan masalah sebelum Anda mencoba mencari solusinya. Jauh lebih bagus jika datang ke atasan dengan membawa isu-isu baru beserta solusi yang mungkin bisa dilakukan. Dijamin, atasan akan tertarik dan terkesan.

3. Minta maaf tak selalu bagus
“Saya lebih suka karyawan yang bertanggung jawab terhadap apa yang sudah mereka kerjakan,” kata Si Manajer.
Jadi, jangan buru-buru meminta maaf. Meminta maaf seringkali justru membuat karyawan terlihat lemah di mata atasan. Ada banyak cara, kok, untuk menyampaikan “kesalahan” Anda kepada atasan.
Lain kali, jika Anda berbuat salah, katakan, “Lain kali saya akan melakukannya lebih baik,” atau “Saya rasa saya harus mencoba cara lain supaya proyek ini lancar,” dan sebagainya. Ini akan membuat atasan terkesan dan fokus pada apa yang telah Anda pelajari ketimbang melihat kesalahan Anda.

4. Jangan emosional
E-mail karyawan itu payah dan membuat saya kesal,” kata Si Manajer.
Ingat, jangan pernah membalas surat elektronik pada saat marah. Bisa-bisa balasan yang disampaikan kepada klien pun bernada amarah. Dan, ini bisa memancing amarah atasan.
Memang, seringkali emosi kita langsung terpancing begitu menerima e-mail dari klien yang memojokkan. Tapi, akan lebih baik segera menulis balasan dan menyimpannya di draft . Tunggu satu-dua jam sampi emosi mereda. Setelah itu, buka dan baca lagi draft e-mail balasan Anda.
Biasanya, Anda akan merasa draft e-mail terlalu emosional, dan kemudian mengeditnya lagi. Tak ada masalah melakukan editing ini 3-4 kali sampai emosi benar-benar bagus, sehingga e-mail balasan pun lebih konstruktif dan obyektif. Ujung-ujungnya, atasan akan menghargai “diplomasi” Anda yang tidak emosional.

5. Lakukan lebih dari yang ditugaskan
“Saya paling risih mendengar karyawan bilang, “Ah, itu kan bukan tugasku!“kata Si Manajer.
Intinya adalah mencoba mencari pengalaman dan pengetahuan baru yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui kemampuan adalah mencoba cara baru. Atasan pun akan terkesan. Jadi, alih-alih menolak mengerjakan tugas baru, lakukan dengan semangat Anda akan memperoleh pengetahuan baru.

6. Jangan berbohong
“Pada saat karyawan bilang ia minta izin enggak masuk karena sakit, saya tahu persis bahwa ia tengah berbohong,” kata Si Manajer.
Seorang manajer yang baik pasti akan tahu persis seperti apa karyawannya. Jadi, jangan pernah mencoba berbohong. Menyampaikan secara jujur akan lebih baik dan justru membuat atasan terkesan.

7. Minta dan beri feedback
“Saya suka ketika ada karyawan saya yang memberi feedback ,” kata Si Manajer.
Komunikasi yang baik seharusnya bersifat dua arah dimana kedua pihak bisa menerima masukan atau feedback yang membangun. Jika Anda menyukai cara atasan menangani sebuah masalah, katakan saja langsung.
Kalimat-kalimat sederhana seperti, “Saya menghargai saran Anda kemarin,” akan membuat atasan sadar betapa tindakannya begitu berpengaruh terhadap anak buahnya. Ini juga akan membuat ia menghargai Anda karena sudah memberikan feedback positif. Feedback positif akan memperkuat hubungan Anda dan atasan.

8. Berhenti Menjadi Si Cengeng
“Si Fulan itu hobinya mengeluh. Rasanya kok tidak ada hari tanpa keluhan,” kata si Manajer.
Kita mungkin merasa tak bersalah ketika mengeluh tentang berbagai hal di kantor, mulai sistem kerja sampai sifat rekan kerja. Tapi, atasan dan rekan kerja bisa-bisa akan menganggap Anda hanya bisa mengeluh, tanpa tindakan apa-apa. Lama-lama mereka pun tidak tahu lagi, mana masalah Anda yang sebenarnya karena semua hal Anda keluhkan. Atasan akan lebih menghargai karyawan yang tegar dan mau menghadapi risiko dan keadaan apapun tanpa mengeluh.

9. Proaktif
“Saya suka karyawan yang aktif memberikan ide sekaligus menjalankannya,” ujar Si Manajer.
Seringkali kita dapati karyawan yang hobi memberikan ide, tertulis maupun lisan, kepada atasan. Namun, ide-ide tersebut tak ada gunanya kecuali ia sendiri ikut telibat dan bertanggung jawab terhadapnya. Jadi, daripada menyusun puluhan ide, lebih baik pilih satu atau dua ide dan aplikasikan.
Minimal Anda ikut terlibat di dalamnya. Ini akan membuat atasan tak hanya kagum pada inisatif dan ide Anda, tapi juga kagum pada apa yang Anda lakukan agar ide tersebut menjadi kenyataan.

6 Cara Menjadi Boss Yang Disayang

Sebagai atasan, Anda adalah sosok yang selaiknya dihormati dan mendapat respek dari karyawan. Respek berbeda dengan rasa takut. Anda tentu akan lebih senang jika respek itu diberikan secara tulus dan tepat, daripada hanya sekadar disegani atau ditakuti bawahan.
Jangan sampai Anda dikenal sebagai bos yang tak toleran, suka marah-marah, atau terlalu subyektif. Nah, berikut sejumlah tips agar Anda menjadi atasan yang bijak dan disayang rekan kerja.

Tulus & Adil
Memimpin tim kerja membutuhkan kecakapan atau skill . Namun, tak cuma itu, sebagai atasan, Anda juga harus bisa bersikap tulus dan adil. Tulus membagi pekerjaan, tulus memimpin, juga adil dalam memaksimalkan keunggulan setiap karyawan yang tergabung dalam tim.
Jangan sampai Anda menugaskan orang di tempat yang salah. Yang tak kalah penting, Anda pun harus selalu siap membantu bawahan menemukan peluang untuk memperbaiki kekurangan mereka.

Mau Terus Belajar
Meski posisi sudah berada pada level manajemen, bukan berarti Anda lebih pintar, lebih berpengalaman, atau lebih jago ketimbang karyawan lain, lho! Meski sudah menjadi bos, Anda harus tetap mau belajar.
Apa saja yang sekiranya Anda rasakan masih belum dikuasai, jangan pernah malu untuk bertanya, meski kepada bawahan. Menggali ilmu tak kenal umur dan posisi jabatan, kok.
Diakui atau tidak, cara ini akan membuat Anda dianggap telah ikut berkontribusi dalam kemajuan bawahan. Rentang jarak antara Anda dan bawahan tak perlu dijadikan batu penghalang untuk sama-sama maju. Menjadi pintar bersama tentu akan lebih menyenangkan, ketimbang pintar sendirian.

Atur Emosi
Jika masih berusia muda, bisa jadi Anda sering terpancing dan tak mampu mengatur emosi yang masih suka meledak-ledak. Kemarahan ini, selain tak baik bagi kesehatan, tentu akan memicu stres berkepanjangan. Amarah pun biasanya akan terbawa hingga ke rumah. Akibatnya, keluarga akan terkena imbasnya.
Jadi, mulailah belajar mengontrol amarah terhadap kinerja tim. Jangan pernah memarahi, memaki, dan menegur bawahan di depan umum. Cara ini secara tak langsung akan memengaruhi mental mereka.
Bisa-bisa mereka tak semangat lagi bekerja dan merasa tertindas. Bawahan bukanlah budak yang bisa Anda perlakukan semaunya. Mereka adalah manusia yang tak luput dari kesalahan.
Bangunlah mental kerja positif mereka. Lebih baik, panggil mereka ke dalam ruangan Anda, lalu sampaikan kesalahan apa yang telah diperbuat. Buatlah agar dari kesalahan itu mereka belajar dan berbuat lebih baik lagi

Jangan Subyektif
Tak jarang ada atasan yang sangat subyektif menanggapi setiap pribadi bawahannya. Sehingga, biasanya tanpa sadar, Anda akan lebih condong ke bawahan yang satu dibandingkan yang lainnya.
Dengan kata lain, Anda menemukan chemistry dengannya. Untuk urusan kerja, secara profesional, lebih baik Anda singkirkan hal-hal semacam ini.
Sebab, ini bisa menjadi pemicu rusaknya kekompakan tim kerja. Karyawan lain pasti akan merasa dianaktirikan, sementara yang lain merasa sudah di posisi aman karena dekat dengan Anda.
Perlakukan semua bawahan dengan cara yang sama. Buatlah agar keunggulan mereka bisa berguna semaksimal mungkin demi kemajuan perusahaan, sekaligus menutupi kekurangan bawahan yang lain. Sehingga, satu sama lain akan saling membutuhkan. Hasilnya, sebuah tim kerja yang solid.

Keberhasilan Tim, Kemenangan Anda
Jangan bekerja sendirian. Bekerjalah sebagai pemimpin yang mendelegasikan pekerjaan dengan baik ke bawahan dalam tim kerja. Ajari mereka bekerja secara efektif, penuh tanggung jawab, dan berorientasi pada hasil akhir.
Ingat, keberhasilan dan kesuksesan mereka merupakan kemenangan Anda. Apa jadinya bila Anda memiliki bawahan yang tak cakap dan tak berkembang? Anda sendiri yang repot, kan?
Semakin sulit pekerjaan yang mampu mereka pecahkan, itu merupakan sarana baik untuk berkembang. Tanpa ini semua, secara tak langsung Anda telah memasung kreativitas karyawan. Nah, tunggu apa lagi? Bangunlah tim kerja dengan menciptakan manusia yang berkualitas. Dijamin, Anda akan dihargai sebagai bos yang peduli kepada kemajuan bawahan.

Jalin Persahabatan
Tak sedikit atasan yang merasa gengsi bergabung bersama bawahannya. Juga tak jarang, atasan yang suka memilih-milih siapa bawahan yang pantas menemaninya makan siang.
Ingat, karyawan memiliki hak dan kesempatan yang sama. Jalinlah persahabatan dengan semua karyawan di semua level . Dengan begitu, Anda tak menutup diri bergaul dengan yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Jangan pernah takut tersaingi oleh mereka yang lebih muda.
Apa yang Anda lakukan akan menjadi contoh bagi bawahan yang masih muda. Tak bisa dipungkiri, Anda telah menjadi bagian berarti dalam perjalanan kesuksesan karier mereka kelak. Dan, yang terpenting, Anda telah menjadi sahabat yang bernilai positif bagi mereka.

26 Agustus 2010

Cara Berkelit Ketika Boss Mengajukan Pertanyaan Sulit

Anda Sedang melamun ketika mendadak si bos mengajukan pertanyaan.

Mengaku: Jangan menjawab, ”Saya tidak tahu,” karena konotasinya negatif. Tapi katakan, ”Saya coba cari tahu dan mengabarkan Anda hasilnya hari ini juga.” Anda akan terlihat proaktif dan si bos pun akan menghargai usaha Anda.

Kabur sebelum jam kantor usai dan keesokan harinya atasan bertanya kemarin sore Anda ke mana.


Berkelit: Katakan kemarin Anda punya private appointment. Unsur ”pribadi” bikin ia enggan bertanya lebih lanjut. Minta maaf dan katakan kalau lain kali Anda akan bilang dulu sebelum meninggalkan kantor sebelum waktunya.

Melupakan Jadwal Rapat


Berkelit: Katakan bahwa telah terjadi kesalahpahaman lalu berikan jadwal meeting baru yang telah diatur kembali. Ini adalah masalah umum dan bos Anda tak akan mau mengurusi detailnya. Apalagi kalau Anda sudah membereskannya.

Membeberkan rahasia perusahaan kepada kolega, sampai akhirnya sampai ke telinga bos Anda.


Mengaku: Sebaiknya katakan, ”Saya minta maaf, saya pikir informasi ini bukan rahasia. Saya janji tak akan mengulanginya lagi.” Si bos belum tentu langsung memaafkan Anda. Tugas Anda adalah membuktikan kalau bisa kembali dipercaya!

Mengabaikan perintah si bos untuk menghubungi seseorang mengenai suatu tugas.


Berkelit: Ketika ditanya perkembangan hubungan dengan orang tersebut, katakan, ”Masih belum bisa tersambung dengannya. Saya coba lagi, ya.” Bos tak perlu tahu kalau alasan belum bisa tersambung adalah karena Anda malas!

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI

TIPS MELAMAR KERJA DAN SUKSES KERJA BAGIAN ADMINISTRASI Tentu tidak asing lagi , saat kita mendengar dibutuhkan lowongan dibidang Adminis...